Kamis, 18 November 2010

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Upaya untuk meningkatkan keberanian siswa untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran dalam Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling di Kelas XI IPA 1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebon

Tugas ini diajukan sebagai pengganti UTS
      Mata Kuliah         : Administrasi Pendidikan
Dosen Pengampu  : Drs. Endang Abdurrahman AR ,M.Pd
 











Disusun Oleh :
Rusli Hamzah
NIM. 07460826

KELAS IPA BIO A / SEMESTER IV



FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN TADRIS BIOLOGI
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim
Segala puja dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rezeki yang sangat berlimpah setiap harinya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada  Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga serta sahabat dan umatnya sampai akhir zaman.
Laporan PTK ini sejatinya adalah pijakan awal bagi para calon guru yang nantinya akan terjun langsung ke medan juang di Sekolah-sekolah dan khususnya dalam pembelajaran di dalam kelas. Diakui tugas PTK yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Administrasi Pendidikan yaitu Bpk.Endang Abdurrahman ,M.Pd, bertujuan untuk mengenalkan salah satu perangkat Administrasi yang harus dimiliki oleh Guru dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Sejujurnya penulis membuat PTK sederhana ini berdasarkan dari pengalaman-pengalaman penulis sendiri dalam dunia pendidikan non-formal yang pernah penulis geluti yaitu dalam dunia organisasi pelajar dalam hal ini mengelola training bagi para pelajar SMP dan SMA. Serta juga tentunya dari berbagai sumber bacaan baik elektronik maupun non elektronik yang berkaitan dengan bahasan PTK yang penulis buat ini. Adalah Upaya untuk meningkatkan keberanian siswa untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran dalam Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling di Kelas XI IPA 1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebonyang akhirnya penulis pilih untuk menjadi judul Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini juga berdasarkan dari Mata Pelajaran yang Dosen tentukan pada penulis, yaitu BK (Bimbingan Konseling).
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam proses pembuatan laporan PTK sederhana ini. Dalam prosesnya  penulis tentunya mendapat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya. Terutama kepada dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan Bpk.Endang Abdurrahman ,M.Pd, dan Ibu Eka Fitriah, S.Si, M.Pd. Penulis ucapkan terimakasih atas kesempatan untuk mengenalkan PTK ini.
Untuk kekurangan yang pasti adanya dari Laporan PTK ini yang mungkin tidak berkenan dengan maksud dari Dosen Mata Kuliah bersangkutan, maka dengan kerendahan hati Penulis sangat menantikan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memotivasi untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semogasegenap usaha serta pikiran yang sudah dituangkan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

                                                                                    Cirebon, Mei 2010
Penulis




















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                     ……………………………………………… i
DAFTAR ISI                                     ……………………………………………… ii - iii
BAB I PENDAHULUAN                ………………………………………………
  1. Latar Belakang Masalah         ........................................................................ 1
  2. Rumusan Masalah                   ........................................................................ 2
  3. Tujuan Penelitian
  4. Hipotesis Tindakan                 .........................................................................
                       
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.      Permasalahan Pembelajaran  BK        ……………………………………… 4
B.      Media Pendidikan                  ……………………………………………… 5 - 9
C.      Penggunaan Media dalam Mata Pelajaran BK      ..……………………… 10 - 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
  1. Jenis Penelitian                        ……………………………………………… 12
  2. Setting Penelitian                    ……………………………………………… 12 - 14
  3. Teknik Pengumpulan Data      ……………………………………………… 15
  4. Teknik Analisis Data               ……………………………………………… 16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Deskripsi Hasil Penelitian       ……………………………………………… 17 - 20
  2. Pembahasan                            ……………………………………………… 21
1.      Siklus I                              ……………………………………………… 22 - 23
2.      Siklus II                            ……………………………………………… 24

BAB V PENUTUP
  1. Kesimpulan                             ……………………………………………… 25
  2. Saran-saran                              ……………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA                      ……………………………………………… 26
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini sorotan berbagai pihak pada dunia  pendidikan terutama berkenaan dengan peranannya dalam membentuk manusia berkualitas sebagai amanat konstitusional maupun kinerja moral professional. Hal ini tidak terlepas dari paradigma yang berkembang dalam mengelola proses dan hasil belajar siswa sebagai bagian integral dari sistem pendidikan.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa.  (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. 2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
1.      Siswa mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2.      Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3.      Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4.      Peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan pelajaran.
5.      Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran.
6.      Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
7.      Malas mencatat mata pelajaran.
8.      Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.
9.      Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10.  Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11.  Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12.  Siswa malas berkonsultasi dengan guru.

Dalam realitanya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu :  teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik  Konseling Eklektif  merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien.
Pada paparan teori-teori dari literature internet tersebut menggambarkan berbagai macam permasalahan-permasalahan yang timbul ke permukaan, terhitung ada 12 (dua belas) permasalahan belajar para siswa.
Kiranya teori-teori yang tentunya berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, memang benar terjadi pada siswa-siswa kebanyakan di sekolah  pun juga pernah dialami oleh penulis sendiri. Maka penulis disini memilih sebuah permasalahan yang dianggap serius oleh penulis dari kedua belas permasalahan tadi yang telah dipaparkan. Yaitu Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :






BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
…….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan : a) Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku, b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar merupakan suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai, e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa kompleknya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi belajar mengajar (PBM) di sekolah.
Bagan 1 : Komponen-komponen yang terlibat dalam PBM
(Abin Syamsudin, 2003 : 143)
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yakni berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika memasuki suatu PBM, berbagai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya : kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan instrumental atau sarana (Instrumental input). Yakni merupakan berlangsungnya PBM, Ketiga masukan lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik (psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar
Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu (akan) tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMA
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

D. Teknik Konseling
Konseling Eklektif
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).
1. Konseling Direktif

Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling secara individual, dan kelompok pada bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.
2. Konseling Non-Direktif

Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.
Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka
kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :
• Kepala : melakukan anggukan jika setuju
• Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
• Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
• Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
• Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :
• Kepala : kaku
• Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
• Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
• Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
• Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

B. Kajian Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam mengatasi permasalahan siswa kelas XI yang rata-rata berusia 16-17 tahun dengan berasumsi dasar bahwa siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor. Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak SMA. Anak SMA perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama. Guru paling dekat bergaul, memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak sehari-hari di sekolah, sikap-sikap kebiasaan belajar, hubungan sosial mereka, tingkah laku yang menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui secara langsung oleh guru, lalu guru dapat memberi bantuan dan dapat pula mengalih tangankan kepada konselor / Kepala Sekolah yang masih cukup memiliki pemahaman tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak perhatian, sering menciptakan suasana, melakukan kegiatan yang menyenangkan, menguntungkan anak, akan dirasakan denkat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa konseling anak.
Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMA memperoleh bimbingan konseling menggunakan konseling Eklektif dengan Perilaku Attending secara terprogram.











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA-1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebon berjumlah 40 siswa dengan rincian 18 laki-laki dan 22 perempuan.
B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan

Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik, seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan atau berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan
7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya

Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas XI dan ruang guru BP SMAN Negeri 1 Ciawigebang Kuningan.

C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber dataresponden, observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan belajar.
2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam penggunaan permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar siswa
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa

Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 13 agustus 2009 meliputi kegiatan: mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
1. Perencanaan
Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebabnya dan dirumuskan implementasi penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien, diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.


















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Deskripsi Hasil Penelitian


LAPORAN “Observasi Program Bimbingan Konseling di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon”


 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------

LAPORAN
“Observasi Program Bimbingan Konseling
di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon”
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah           : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu      : Drs.H.Zuardi Bahar,S.H, M.Pd








Disusun Oleh :
Rusli Hamzah
 (07460826)

(Kelas BIO A - Semester 4)

KEMENTERIAN AGAMA RI
JURUSAN IPA BIOLOGI - FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
 ( IAIN )
SYEKH NURJATI
CIREBON,
2010


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR         ……………………………………………    i
DAFTAR ISI                         ……………………………………………    ii
BAB I PENDAHULUAN   
  1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
  2. Rumusan Masalah       ......................................................................... 2
  3. Tujuan Observasi        …………………………………………… 2
BAB II LANDASAN TEORITIS ………………………………………… 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
  1. SubjekPenelitian         ………………………………………………... 4
  2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan…………………………………..   4
  3. Prosedur Penelitian     ............................................................................ 4
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Keberadaan SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon ………………………  5
B.     Visi Misi SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon  ……………………….....   6
C.     Jumlah Guru / Karyawan             .……………………………….……6
D.    Jumlah Siswa  ………………………………………………………... 6
  1. Struktur  ………………………………………………………………. 7
  2. Keberadaan BK Di SMA Islam AlAzhar 5 Cirebon … ……………   8
G.    Sistem Pelayanan Bk Di Sekolah  ……………………………………9
  1. Pola dan Teknik Layanan BK di Sekolah  ………………………… 11
BAB V PENUTUP
  1. Kesimpulan                 ………………………………………………   13
  2. Saran                            ………………………………………………   13
LAMPIRAN-LAMPIRAN

__________________________________________________________________________________



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan harus menyusun kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.
Pada penerapan KTSP, Guru Bimbingan Konseling di sekolah memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa sesuai minat , bakat serta mempertimbangkan tahapan tugas perkembangannya. Mengingat adanya keberagaman individu siswa maupun keberagaman kemampuan Guru Bimbingan Konseling di sekolah maka perlu ditegaskan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah harus menyusun program guna mengakomodasi Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tersebut beserta peraturan-peraturan yang menyertainya.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan social, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupanan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.
Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Observasi ini adalah bagaimanakah penerapan bimbingan konseling Islami di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon
C.    Tujuan Observasi
                         Observasi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan bimbingan konseling Islami di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon dan untuk mengetahui adakah hambatan dalam menerapkan bimbingan konseling Islami tersebut

     BAB II
LANDASAN TEORITIS

Sebagai suatu kegiatan professional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian, maksud suatu teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. Lahirnya suatu teori mempunyai ikatan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. 
Teori-teori konseling muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan abad 20. Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan dengan pribadi pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi social budaya, dan filsafat. Demikian pula pemunculan teori-teori konseling mempunyai karakteristik seperti itu.
Peranan konselor menurut teori “Sifat dan factor” adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekeuatan kepribadian konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan dicapainya sesuai dengan bakat hasil tes. Juga dengan memberitahukan sifat serta bakat konseli, maka konseli bias meneglola hidupnya sendiri sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Pendekatan teori ini sering disebut kogitif rasional, karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberi informasi, dan mengarahkan konseli.






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Subjek Penelitan
Yang menjadi subjek penelitian dalam kegiatan Observasi Bimbingan Konseling ini adalah Guru Bimbingan Konseling SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon.

B.     Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan kegiatan observasi Bimbingan Konseling ini dilaksanakan secara langsung oleh peneliti. Dan waktu pelaksanaan kegiatan observasi Bimbingan Konseling ini dilaksanakan pada saat jam pelajaran kurikulum kelas sedang berlangsung, tetapi tidak menggangu proses belajar mengajar siswa, karena di lakukan kuliah umum di ruangan multimedia. Dan dengan jadwal observasi 1 x pertemuan (secara kondisional dan fleksibelitas) tatap muka bersama para Guru Bimbingan Konseling yaitu pada tanggal 31 Mei 2010.

C.    Prosedur Penelitian
Prosedur kerja yang peneliti lakukan atas tindakan penelitian Bimbingan Konseling Sekolah SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon ini adalah dengan mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Guru Bimbingan Konseling, kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada Guru Bimbingan Konseling tersebut, serta meminta berbagai data yang dapat dijadikan sumber data penelitian, yang akhirnya peneliti olah menjadi laporan observasi Bimbingan Konseling Sekolah ini.





BAB IV
PEMBAHASAN
A.    KEBERADAAN SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
 SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon adalah merupakan sekolah swasta unggulan di Kota Cirebon. Sekolah Islam ini berdiri sejak tahun 1995 yang bertempat di Jl. Pilang Setrayasa No.17 Cirebon dan mulai memiliki keunggulan dan prestasi yang sangat baik dari tahun ke tahun.
Sekolah Islam ini bernaung pada Al Azhar pusat Jakarta yang didirikan oleh Yayasan Pesantren Islam Putera Bangsa. Adapun SMA  Islam Al Azhar 5 Cirebon diketuai oleh H.Sudarto, S.T dan Kepala Sekolah dipimpin oleh Drs.H.Abu Malik, M.Pd.
SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon telah Terakreditasi "A" dengan nomor : 420/599 - DIKMRNTI / 2005  dengan nomor NDS:B.2401006  NSS: 304026301031 NIS: 300150 
SMA Islam Al Azhar dibangun diatas luas tanah 5 hektar dan telah dibangun seluas 1.5 hektar diantaranya gedung sekolah, masjid  & kolam.  Sedangkan SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon memiliki fasilitas diantaranya: Lapangan Basket, Lapangan Volly, Panjat Dinding, Lab. Bahasa, Lab.Fisika & Kimia, Lab.Komputer, Masjid, Kolam Pemancingan dan Gedung Pertemuan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang ada di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon antara lain adalah Basket Ball, Footsal, Pramuka, Paskibra, PMR, Pencak Silat, Pecinta Alam (IPALAHAR), RIAZ ( Keagamaan ), Drum Band, Tari Daerah, Degung,  Komunitas Anak Creative ( Mutimedia Creative).




B.     VISI MISI SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
Adapun Visi dan Misi dari SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon, adalah sebagai berikut:
V I S I
1.      Mewujudkan Sistem Pendidikan yang bernuansa IMTAQ dan IPTEK
2.      Melahirkan Guru yang berkualitas tinggi ilmu agama dan umum
3.      Menjadikan SMA Islam Al-Azhar 5 sebagai sekolah unggulan
4.      Mengembangkan syi'ar Islamiyah antar orang tua sekolah dan masyarakat
M I S I
Mewujudkan / Mengupayakan Cendikiawan Muslim yang :
ü  Bertaqwa kepada Allah SWT
ü  Berakhlak Mulia
ü  Terampil
ü  Sehat Jasmani dan Rohani
ü  Mandiri dan Percaya Diri
ü  Kepribadian yang Kuat
ü  Berwatak Pejuang
ü  Mampu Mengembangkan diri dan Keluarga
ü  Bertanggung Jawab terhadap pembangunan umat dan bangsa.

C.    JUMLAH GURU / KARYAWAN
SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon memiliki Staf Pengajar (Guru) yang berjumlah 32 orang dengan rincian jenjang pendidikan gelar Sarjana berjumlah 26 orang dan Magister 6 Orang. Sedangkan Untuk Staf Karyawan  berjumlah 13 orang karyawan.
D.    JUMLAH SISWA
Untuk tahun Pelajaran 2009/2010 ini SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon memiliki siswa yang berjumlah 389 orang, dengan rincian untuk kelas X berjumlah 149 orang, kelas XI 129 orang, dan kelas XII 111 orang.
E.     STRUKTUR
STRUKTUR ORGANISASI
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PUTERA BANGSA
PERGURUAN ISLAM AL-AZHAR
SMA ISLAM A-AZHAR 5 CIREBON













SISWA / OSIS

 
 




F.         
G.        


















F.     KEBERADAAN BK DI SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
Keberadaan BK (Bimbingan dan Konseling) di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon ini resminya bernama BP (Bimbingan Profesi) istilah lain dari BK, namun tetap sama pengertiannya. BP/BK di Sekolah Islam ini mempunyai sebuah slogan atau semboyan yaitu “BP-Sahabat Anda”  yang terpampang tepat di pintu masuk ruang BP di Sekolah tersebut. Ruangan BP tersebut berada di lantai 2 gedung Sekolah tersebut.
BP/BK di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon ini memiliki dua orang Guru Kanselor yang bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai konselor di Sekolah tersebut. Ialah Bapak Drs.H.Nasir,M.Pd dan Ibu Sri Nurhaeni,S.Psi. yang mengomandoi Konseling di Sekolah Islam ini. keduanya merupakan orang-orang yang kompeten serta professional di bidang Konseling. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan keduanya, Bapak Drs.H. Nasir,M.Pd studi Magisternya adalah di Jurusan BP di IKIP (UPI) Bandung serta Ibu Sri Nurhaeni,S.Psi beliau adalah merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jurusan Psikologi, dengan gelar Sarjana Psikologi.
Jumlah jam tugas konseling untuk Bapak Drs.H.Nasir,M.Pd selaku Koordinator Guru BP adalah sebanyak 39 jam dari 5 hari, sedangkan untuk Ibu Sri Nurhaeni,S.Psi sebanyak 24 jam dari 5 hari.
Adapun fungsi dari BP/BK di Sekolah pada umunya memiliki fungsi antara lain, sebagai berikut :
1.      Fungsi Pemahaman
Fungsi BK yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri peserta didik, lingkungan maupun lingkungan “yang lebih luas”.
2.      Fungsi Pencegahan
Fungsi BK yang akan mengsilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3.       Fungsi Pengentasan
Fungsi BK yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4.       Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi BK yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Sedangkan azas-azas dari Bimbingan dan Konseling di Sekolah, antara lain adalah  sebagai berikut :
1. Azas Kerahasiaan
2. Azas Kesukarelaan
3. Azas Keterbukaan
4. Azas Kegiatan
5. Azas Kemandirian
6. Azas Kekinian
7. Azas Kedinamisan
8. Azas Keterpaduan
9. Azas Kenormatifan
10. Azas Keahlian
11. Azas Alih Tangan
12. Azas Tut Wuri Handayani

G.    SISTEM PELAYANAN BK DI SEKOLAH
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) memiliki karakteristik yang berbeda dengan guru pengampu mata pelajaran. Guru Bimbingan Konseling lebih mengedepankan dan menitik beratkan pada pendekatan interpersonal serta sarat dengan nilai. Sedangkan guru mata pelajaran lebih mengutamakan pendekatan instruksional dan terkait dengan bahan ajar dari mata pelajaran yang diampunya. Kendati demikian, keduanya tetap memiliki tujuan yang sama yaitu terwujudnya perkemangan pribadi peserta didik secara optimal. Terkait dengan penilaian portofolio dalam rangka sertifikasi, yang membedakan antara guru pengampu mata pelajaran dengan guru Pembimbing terletak pada komponen perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.
Bukti fisik penilaian dalam merencanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling, berbentuk:
1.      Mengumpulkan 5 buah Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK) yang berbeda, dengan aspek-aspek penilaian meliputi : (a) perumusan tujuan pelayanan; (b) pemilihan dan pengorganisasian materi pelayanan; (c) pemilihan instrumen/media; (d) strategi pelayanan; dan(e) rencana evaluasi dan tindak lanjut.
2.      Mengumpulkan Program Semesteran dan Program Tahunan, dengan aspek-aspek penilaian meliputi :
a)      program semesteran Bimbingan dan konseling, dan
b)      program tahunan Bimbingan dan konseling
Sedangkan bukti fisik penilaian dalam pelaksanaan pelayanan berbentuk Laporan Pelaksanaan Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK) , dengan aspek-aspek penilaian meliputi :
1)      Agenda kerja guru bimbingan dan konseling (konselor)
2)       Daftar konseling
3)      Data kebutuhan dan permasalahan konseling
4)       Laporan bulanan
5)       Laporan semesteran/tahunan
6)      Aktivitas pelayanan Bimbingan dan Konseling :
o   Pemahaman : (antara lain : sosiometri, kunjungan rumah, catatan anekdot, konferensi kasus).
o   Pelayanan langsung : (antara lain : konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, referal).
o   Pelayanan tidak langsung : (antara lain : papan bimbingan, kotak masalah, bibliokonseling, audio visual, audio, media cetak : liflet, buku saku)
7)      Laporan hasil evaluasi program, proses, produk bimbingan dan konseling serta tindak lanjutnya.
Implikasi dari adanya ketentuan penilaian di atas, maka guru bimbingan dan konseling (konselor) mutlak harus mampu merencanakan kegiatan pelayanan secara tertulis , yang didalamnya mengandung aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian serta dapat mendokumentasikan secara baik dan tertib.
Begitu juga dalam pelaksanaan layanan, guru bimbingan dan konseling dituntut untuk melakukan kegiatan pencatatan atas segala aktivitas yang dilakukannya dan melaporkannya kepada pihak yang kompeten, khususnya kepada kepala sekolah selaku atasan langsung.

H.    POLA dan TEKNIK LAYANAN BK DI SEKOLAH
Pola layanan BK di SMA Islam Al Azhar adalah sama seperti pola layanan BK pada umunya. Pola layanan BK di sekolah termuat dalam keempat bidang bimbingan, antara lain adalah :
1.      Bimbingan pribadi
Pelayanan BK membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakawa terhadap Tuhan YME, mandiri, aktif, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.
2.      Bimbingan sosial
Pelayanan BK membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan social yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
3.      Bimbingan belajar
Pelayanan BK membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuandan ketrampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
4.      Bimbingan karir
Pelayanan BK membantu siswa mengenali dan mulai mengarahkan untuk masa depan karir.
Sedangkan untuk teknik layanan ataupun pendekatan bimbingan konseling di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon  adalah sama seperti pada umunya., yaitu :
a)      Bimbingan Kelompok (Group Guidance))
1.      Masalah yang dirasakan bersama oleh kelompok.
2.      Masalah yang dirasakan individual sebagai anggota kelompok
Bentuk khusus teknik Bimbingan.
   Home room programe
Membuat suasana kelas seperti rumah dengan tujuan mengenal siswa lebih baik sehingga dapat membantu secara efisien.
Dilaksanakan di kelas di luar jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dapat diadakan secara periodic.
   Karyawisata/ field trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar untuk bimbingan kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam kelompok untuk dapat kerjasama dan penuh tanggungjawab.
   Diskusi kelompok
   Untuk memecahkan masalah secara bersama. Misalnya masalah belajar, perencanaan suatu kegiatan. Hal ini dapat mengembangkan harga diri.
   Kegiatan kelompok
Dapat memberi kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
   Organisasi murid
    Sosiodrama
Bermain peran dalam situasi masalah social
   Psikodrama
Bermain peran memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami seseorang.
   Remedial teaching
Bentuk: penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu.
Hal ini tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
b)      Konseling Individu  (Individu Counseling)
R  Masalah-maslah yang sifatnya pribadi.
R  Dilakukan dengan face to Face relationship
R  Metode wawancara antara konselor dab kasus
R  Konselor harus bersikap penuh simpati dan empati
Simpati: menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan konselee.
Empati: berusaha menempatkan diri dalam situasi diri konseli dengan segala masalh-masalah yang dihadapinya.
Bentuk Khusus Teknik Konseling:
I  Directive Counseling
-konselor paling berperan
-konselor berusaha mengarahkan konselee sesuai dengan masalahnya.
I  Non-directive Counseling
-berpusat pada konselee
-konselor hanya menampung pembicaraan yang berperan konselee
-konselee bebas bicara, sedangkan konselor menampung dan mengarahkan.
I  Eclective         Counseling
Campuran 2 teknik di atas.




BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari hasil observasi Bimbingan Konseling yang telah dilakukan di SMA Islam AlAzhar 5 Cirebon, ditinjau dari program kerja Bimbingan Konseling yang diselenggarakan oleh Guru Konseling di Sekolah tersebut, yaitu Bapak H.Natsir, M.Pd selaku Koordinator Guru Konseling. Maka saya nilai  sudah sangat baik proses Bimbingan Konseling yang terjadi antara pihak Konseling dalam hal ini Guru Konseling dengan para siswa.

B.     SARAN
Dari penilaian hasil observasi Bimbingan Konseling di SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon, maka disarankan agar Sekolah tersebut dapat mempertahankan apa yang telah ada serta meningkatkan kembali kinerja dari Guru Konseling agar dapat terasa manfaatnya bagi para siswa di Sekolah tersebut. Kemudian saran yang terpenting adalah dengan menambah personil dari Guru Konseling, agar pekerjaan yang dilakukan oleh Bapak H.Natsir, M.Pd dan Ibu Sri Nurhaeni,S.Psi selaku Guru Kanselor tidak terlalu berat.








DAFTAR PUSTAKA

Surya, H.Mohamad.2003.Teori-Teori Konseling.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.