Kamis, 18 November 2010

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Upaya untuk meningkatkan keberanian siswa untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran dalam Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling di Kelas XI IPA 1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebon

Tugas ini diajukan sebagai pengganti UTS
      Mata Kuliah         : Administrasi Pendidikan
Dosen Pengampu  : Drs. Endang Abdurrahman AR ,M.Pd
 











Disusun Oleh :
Rusli Hamzah
NIM. 07460826

KELAS IPA BIO A / SEMESTER IV



FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN TADRIS BIOLOGI
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim
Segala puja dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rezeki yang sangat berlimpah setiap harinya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada  Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga serta sahabat dan umatnya sampai akhir zaman.
Laporan PTK ini sejatinya adalah pijakan awal bagi para calon guru yang nantinya akan terjun langsung ke medan juang di Sekolah-sekolah dan khususnya dalam pembelajaran di dalam kelas. Diakui tugas PTK yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Administrasi Pendidikan yaitu Bpk.Endang Abdurrahman ,M.Pd, bertujuan untuk mengenalkan salah satu perangkat Administrasi yang harus dimiliki oleh Guru dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Sejujurnya penulis membuat PTK sederhana ini berdasarkan dari pengalaman-pengalaman penulis sendiri dalam dunia pendidikan non-formal yang pernah penulis geluti yaitu dalam dunia organisasi pelajar dalam hal ini mengelola training bagi para pelajar SMP dan SMA. Serta juga tentunya dari berbagai sumber bacaan baik elektronik maupun non elektronik yang berkaitan dengan bahasan PTK yang penulis buat ini. Adalah Upaya untuk meningkatkan keberanian siswa untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran dalam Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling di Kelas XI IPA 1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebonyang akhirnya penulis pilih untuk menjadi judul Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini juga berdasarkan dari Mata Pelajaran yang Dosen tentukan pada penulis, yaitu BK (Bimbingan Konseling).
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam proses pembuatan laporan PTK sederhana ini. Dalam prosesnya  penulis tentunya mendapat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya. Terutama kepada dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan Bpk.Endang Abdurrahman ,M.Pd, dan Ibu Eka Fitriah, S.Si, M.Pd. Penulis ucapkan terimakasih atas kesempatan untuk mengenalkan PTK ini.
Untuk kekurangan yang pasti adanya dari Laporan PTK ini yang mungkin tidak berkenan dengan maksud dari Dosen Mata Kuliah bersangkutan, maka dengan kerendahan hati Penulis sangat menantikan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memotivasi untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semogasegenap usaha serta pikiran yang sudah dituangkan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

                                                                                    Cirebon, Mei 2010
Penulis




















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                     ……………………………………………… i
DAFTAR ISI                                     ……………………………………………… ii - iii
BAB I PENDAHULUAN                ………………………………………………
  1. Latar Belakang Masalah         ........................................................................ 1
  2. Rumusan Masalah                   ........................................................................ 2
  3. Tujuan Penelitian
  4. Hipotesis Tindakan                 .........................................................................
                       
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.      Permasalahan Pembelajaran  BK        ……………………………………… 4
B.      Media Pendidikan                  ……………………………………………… 5 - 9
C.      Penggunaan Media dalam Mata Pelajaran BK      ..……………………… 10 - 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
  1. Jenis Penelitian                        ……………………………………………… 12
  2. Setting Penelitian                    ……………………………………………… 12 - 14
  3. Teknik Pengumpulan Data      ……………………………………………… 15
  4. Teknik Analisis Data               ……………………………………………… 16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Deskripsi Hasil Penelitian       ……………………………………………… 17 - 20
  2. Pembahasan                            ……………………………………………… 21
1.      Siklus I                              ……………………………………………… 22 - 23
2.      Siklus II                            ……………………………………………… 24

BAB V PENUTUP
  1. Kesimpulan                             ……………………………………………… 25
  2. Saran-saran                              ……………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA                      ……………………………………………… 26
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini sorotan berbagai pihak pada dunia  pendidikan terutama berkenaan dengan peranannya dalam membentuk manusia berkualitas sebagai amanat konstitusional maupun kinerja moral professional. Hal ini tidak terlepas dari paradigma yang berkembang dalam mengelola proses dan hasil belajar siswa sebagai bagian integral dari sistem pendidikan.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa.  (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. 2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:
1.      Siswa mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.
2.      Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya.
3.      Sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang.
4.      Peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan pelajaran.
5.      Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran.
6.      Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar.
7.      Malas mencatat mata pelajaran.
8.      Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.
9.      Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
10.  Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
11.  Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
12.  Siswa malas berkonsultasi dengan guru.

Dalam realitanya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu :  teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik  Konseling Eklektif  merupakan penggabungan dua teknik Konseling Direktif dan Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling tersebut, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien.
Pada paparan teori-teori dari literature internet tersebut menggambarkan berbagai macam permasalahan-permasalahan yang timbul ke permukaan, terhitung ada 12 (dua belas) permasalahan belajar para siswa.
Kiranya teori-teori yang tentunya berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, memang benar terjadi pada siswa-siswa kebanyakan di sekolah  pun juga pernah dialami oleh penulis sendiri. Maka penulis disini memilih sebuah permasalahan yang dianggap serius oleh penulis dari kedua belas permasalahan tadi yang telah dipaparkan. Yaitu Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :






BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
1). Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif. (Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
…….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari perhatian terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan : a) Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku, b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar merupakan suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai, e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
2). Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa kompleknya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi belajar mengajar (PBM) di sekolah.
Bagan 1 : Komponen-komponen yang terlibat dalam PBM
(Abin Syamsudin, 2003 : 143)
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yakni berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu atau siswa ketika memasuki suatu PBM, berbagai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemudahan atau merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya : kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan instrumental atau sarana (Instrumental input). Yakni merupakan berlangsungnya PBM, Ketiga masukan lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secaraberhasil.
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik (psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar
Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu (akan) tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui dengan mengevaluasi mereka dengan mempergunakan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMA
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

D. Teknik Konseling
Konseling Eklektif
Teknik Konseling Eklektif merupakan penggabungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Eklektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).
1. Konseling Direktif

Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Selain itu diperlukan konseling secara individual, dan kelompok pada bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan tingkah laku klien.
2. Konseling Non-Direktif

Teknik konseling Non-Direktif, tersebut juga Client Centered theraphy, pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan untama terletak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah lakunya : pendekatan konseling beraliran Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekankan pentingnyapengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.
Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka
kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :
• Kepala : melakukan anggukan jika setuju
• Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
• Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
• Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
• Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :
• Kepala : kaku
• Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
• Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
• Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
• Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

B. Kajian Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam mengatasi permasalahan siswa kelas XI yang rata-rata berusia 16-17 tahun dengan berasumsi dasar bahwa siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor. Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang dipakai untuk anak-anak SMA. Anak SMA perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk memperoleh layanan bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama. Guru paling dekat bergaul, memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak sehari-hari di sekolah, sikap-sikap kebiasaan belajar, hubungan sosial mereka, tingkah laku yang menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui secara langsung oleh guru, lalu guru dapat memberi bantuan dan dapat pula mengalih tangankan kepada konselor / Kepala Sekolah yang masih cukup memiliki pemahaman tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak perhatian, sering menciptakan suasana, melakukan kegiatan yang menyenangkan, menguntungkan anak, akan dirasakan denkat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa konseling anak.
Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan tigkah laku secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMA memperoleh bimbingan konseling menggunakan konseling Eklektif dengan Perilaku Attending secara terprogram.











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA-1 SMA Pelajar Muslim Cendekia Cirebon berjumlah 40 siswa dengan rincian 18 laki-laki dan 22 perempuan.
B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan

Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan konseling menggunakan teknik attending Eklektif terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik, seperti: kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenag, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan atau berdampingan
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan
7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya

Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas XI dan ruang guru BP SMAN Negeri 1 Ciawigebang Kuningan.

C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui, yaitu : wawancara untuk sumber dataresponden, observasi untuk sumber data perietiwa dan analisis dokumen untuk sumber data dokumen. Informasi tersebut digali dari empat sumber yaitu : peristiwa/kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen/artifak (Sutopo, 1996: 49-51).
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya adalah ntuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling Eklektif guna mengatasi permasalahan belajar.
2. Pengamatan/Observasi
Pengamatan akan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan Eklektif Attending dalam penggunaan permasalah belajar siswa teknik pengamatan yang akan digunakan adalah pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (1980) ditulis kembali Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif di dalam pengertian kegiatan alih tangan konselor kepala sekolah. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil pengamatan, data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang telah diuperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dapat teratasi
2. Bangkitnya semangat siswa untuk belajar
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
4. Peningkatan prestasi belajar siswa
5. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa

Peneliti melakukan persiapan awal mulai tanggal 13 agustus 2009 meliputi kegiatan: mengadakan kontak awal dan kesepakatan denga reponden, guna membangun mempertahankan kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
1. Perencanaan
Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebabnya dan dirumuskan implementasi penanganannya termasuk dalam perencanaan langkah-langkah bimbingan konseling menggunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending : analisa data tentang klien, diagnosis masalah diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga orang siswa berdasarkan permasalahan yang sama (kebiasaan buruk dalam belajar, berbicara kotor, dan bertengkar) serta merencanakan instrumen pengamatan danwawancara.


















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Deskripsi Hasil Penelitian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar