PERSIB
BANDUNG
Persatuan Sepak bola Indonesia
Bandung, atau
sering disingkat menjadi PERSIB adalah salah satu tim sepak bola Indonesia. Catatan prestasi tim ini relatif
stabil di papan atas kancah persepak bolaan Indonesia, sejak zaman Perserikatan sampai ke Liga Indonesia masa kini.
Sejarah
Sebelum bernama Persib, di Kota
Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu.
Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan
oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat
sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan
Tegallega di depan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan
pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta
dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama
dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM
Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo),
PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan
yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut
diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar
kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi
perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan
muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni
Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).
Pada tanggal 14
Maret 1933,
kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang
bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum.
Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang,
Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final
kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun
kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo.
Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final
membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga
sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda
yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap
memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan "kelas
dua". VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan
yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika
itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih
suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang
didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di
pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang
dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat
Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti
UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti
menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang
biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG
(kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion
Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di
Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan
Jepang. Kegiatan
persepak bolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya
dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh
tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah
Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga
ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi
bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang.
Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang
tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan
tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik,
setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi
dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung.
Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya,
Persib di Sumedang,
dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota
perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali
berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian
membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi
oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai
bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga
berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut,
Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa,
Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya
berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni
Persib yang dilandasi semangat nasionalisme.
Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950-an ini pun mencatat
kejadian penting. Pada periode 1953-1957
itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Walikota Bandung saat
itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas
upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai
sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib
sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama
kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat
kali yaitu pada tahun 1961,
1986, 1990, dan pada
kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua
pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang
dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir
terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia
pertama pada tahun 1995.
Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi
tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di
babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia
Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Persib juga pernah menjamu klub-klub dunia seperti AC Milan
Sayangnya setelah juara,
prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja
terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum
biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal baik,
Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim
nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro,
Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar,
Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi
Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.
Stadion dan Mess
Hingga saat ini, Persib masih
menggunakan Stadion Siliwangi untuk memainkan laga
kandangnya. Stadion ini lolos bersyarat sertifikasi BLI sehingga layak untuk
digunakan di kompetisi Liga Super Indonesia. Kapasitas Stadion yang
hanya 20.000 ini membuat seringnya terjadi pembludakan penonton, seperti ketika
Persib menjamu Selangor FC dalam sebuah pertandingan persahabatan, juga ketika
Persib menjamu Persema Malang di Divisi Utama tahun 2007.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib
terpaksa harus meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika
menjamu Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang
memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota
Bandung tidak lagi mengeluarkan surat ijin menyelenggarakan pertandingan di
Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten
Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah
Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru,
termasuk stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu
pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base
Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Games
tahun 2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov
Jawa Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan
diberi nama West Java Stadium
ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai Rp495,945 miliar.
Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib
menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal
dengan nama Stadion Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion
tersebut terdapat lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di
sampingnya terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib
serta untuk kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap
kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat
menjual kaos persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang
di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika
diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor and ambruk akibat pipa air
yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess
persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess lu
sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim hujan,
sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak Stadion
Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian juga
membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk
masuk ke dalam stadion.
Prestasi
Salah
satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi sepak bola
Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994.
Dalam pertandingan final, Persib yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain
seperti Sutiono Lamso dan Robby Darwis mengalahkan PSM
Makassar. Kompetisi sepak bola Galatama dan tim-tim
Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada
laga kompetisi LI pertama tahun
1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam
pertandingan final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal
pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono.Persib juga merupakan
satu-satunya klub Indonesia yang berhasil mencapai babak semi final Liga Champions Asia.
Nasional
Liga
Juara (1): 1994/1995
Peringkat 3 (1) : 2008-09
Piala
- Piala Persija
Juara (1): 1991
- Piala Kang Dada
Juara (1): 2008
Internasional
Perempat Final (1): 1995
Pelatih legendaris
Pemain legendaris
Sejak bermain di kompetisi
Perserikatan, Divisi Utama hingga Liga Super, Persib
Bandung terus memiliki pemain yang berprestasi baik di klub maupun di Tim
nasional, para pemain tersebut berhasil mengangkat nama persib di kancah
persepak bolaan nasional dan juga nama Tim nasional di kancah internasional.
Nama-nama pemain legendaris Persib Bandung
- Adjat Sudradjat
- Robby Darwis
- Sutiono Lamso
- Yusuf Bachtiar
- Yaris Riyadi
- Yadi Mulyadi
- Adeng Hudaya
- Sobur
- Yudi Guntara
- Dede Iskandar
- Djajang Nurjaman
- Muhammad Syahid
Badan Hukum
PT. Persib Bandung Bermartabat
Posisi
|
Nama
|
Direktur Utama
|
|
Wakil Direktur Utama
|
|
Direktur Keuangan
|
|
Direktur Marketing dan
Development
|
|
Direktur Pengembangan
|
|
Komisaris Utama
|
|
Komisaris
|
|
Wakil Komisaris Utama
|
Penggemar
Persib Bandung memiliki penggemar
fanatik yang menyebar di seantero provinsi Jawa Barat
dan Banten,
bahkan hampir diwilayah Indonesia. mengingat catatan historis sebagai tim
kebanggaan dari ibukota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib menamakan diri
sebagai Bobotoh. Pada era Liga Indonesia, Bobotoh kemudian mengorganisasikan
diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking, Bomber, Rebolan,
Jurig Persib, Casper dan Persib-1337. Viking merupakan organisasi Bobotoh dengan jumlah anggota
terbanyak dan tersebar di penjuru Jawa Barat dan Banten. Adapun Bomber sekarang
sudah bergabung dan menjadi salah satu distik Viking dengan nama Viking The Bomberman.
Juventus F.C.
Juventus Football Club (dari bahasa Latin:[5] iuventus: masa muda, diucapkan [juˈvɛntus]), biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve, merupakan sebuah klub sepak bola profesional asal Italia yang berbasis di kota Turin, Piedmont, Italia. Klub ini didirikan pada 1897 dan telah mengarungi beragam sejarah manis, dengan pengecualian kejadian musim 2006-2007, di Liga Italia Seri-A. Klub ini sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari FIAT Group, yang saat ini dimiliki oleh keluarga Agnelli, dan membawahi perusahaan-perusahaan lain seperti Fiat Automobile, tim F1 Scuderia Ferrari, Ferrari Corse, dan Maserati Automobile.
Juventus merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Italia Seri-A dengan raihan 27 gelar juara (Scudetto),[6] dan juga tercatat sebagai salah satu klub tersukses di dunia.[6] Merujuk pada International Federation of Football History and Statistics, sebuah organisasi internasional yang berafiliasi pada FIFA, Juventus menjadi klub terbaik Italia di abad 20, dan menjadi klub terbaik Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.[7]
Secara keseluruhan, klub ini telah memenangi 51 kejuaraan resmi.[8] Dengan rincian 40 di Italia, dan 11 di zona UEFA dan dunia.[9][10]
Sekaligus menjadikannya sebagai klub tersukses keempat di Eropa, dan
ketujuh di dunia, dengan gelar-gelar dunia yang diakui oleh enam
organisasi konfederasi sepak bola, dan tentunya FIFA.[11]
Klub ini menjadi klub pertama Italia dan Eropa Selatan yang berhasil
memenangi gelar Piala UEFA (sekarang namanya menjadi Liga Europa).[12]
Pada 1985, Juventus menjadi satu-satunya klub di dunia yang berhasil
memenangi seluruh kejuaraan piala internasional dan kejuaraan liga
nasional,[13] dan menjadi klub Eropa pertama yang mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu musim.[14][15][16]
Juventus juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia dengan jumlah fans terbesar[17], dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga menjadi fans Juve.[18] Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino yang menggantikan markas sebelumnya yaitu Stadion Delle Alpi yang dirubuhkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru bernama Juventus Arena. Juventus resmi memakai stadion baru mereka tesebut pada awal September 2011.[19]
Sejarah
Awal mula (1987–1922)
Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan
tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di
daerah Liceo D’Azeglio, Turin[20]. Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak
yang saling berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama
dan bersenang-senang serta melakukan berbagai hal positif. Usia
anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan, yang tertua berumur 17 dan
lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang mungkin tidak jadi
masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi pemuda-pemuda
tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri
Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk
mencari sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat
yaitu sebuah bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok,
mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum.
Selanjutnya, Canfari menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama
klub, segera setelah mereka menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah
pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi perdebatan sengit di
antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin,
di sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu,
diputuskanlah tiga nama untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa
sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir
belakangan dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama
klub mereka menjadi "Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama
menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.[3]
Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun
1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan
celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika
mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.[21]
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole.[22] Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.[21]
Masuknya Keluarga Agnelli dan merajai Italia (1923–1980)
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.[3] Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil menjadi scudetto dengan mengalahkan Alba Roma
dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di
Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai
1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano[21], dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale,
tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai
Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.
Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai
Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota
mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut
Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia
ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat.
Sepakbola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa
perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal,
yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali
bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat
itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di
akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah
peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli
mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga
Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti
dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan
striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve
berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah
kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun
ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7.
Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat
muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena
skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan
masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat
dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama seperti Giampiero Boniperti.
Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia
pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10
gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi
pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve
juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina
di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus
sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama
Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim
1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya
sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Čestmír Vycpálek,
Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve
belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali
ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United.
Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di
San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat
kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama
klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil
konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim
1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini
dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan
kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil
menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir
mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk
final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
[sunting] Scudetto ke-20 dan merajai Eropa (1981–1993)
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an.[21]
Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di
era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas Italia yang
menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi
sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik
Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia di tahun
tersebut.[23] ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini,
Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang
juga disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan
lambat. Hal itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di
pertandingan pembuka musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas
Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan
Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege
(Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di
musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga
Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini
dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi
puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga
Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara.
Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka
bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi.
Berada di posisi kedua di kompetisi domestic dan Eropa, Juventus
akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia
dan Piala Interkontinental.
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff
gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada
untuk mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari
Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama.
Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada
saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner.
Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve
merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini
ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1
di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan
merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini
kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga
kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum
ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya
klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa
sebanyak empat tahun berurutan.[24] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC
dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus
dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan
dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris
dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.[25]
Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada
musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus.
Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya,
mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan.[21] Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[26]
[sunting] Era Marcello Lippi (1994–2003)
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.[3]
Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya
sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh
saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.[27]
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa
saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi
pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super Eropa 1996[28] dan Piala Interkontinental 1996.[29] Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[30][31]
Setelah dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan
gagal), Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka
cerutu ini lantas membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia
berhasil sulap menjadi pemain hebat, di antaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram,
dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar
Seri-A di musim 2001-02 dan 2002-03. Juve juga berhasil maju kembali ke
final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia
lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990-an dan awal 2000-an.[32]
Terjerat masalah dan masa pemulihan (2004–kini)
Mantan pemain Juventus era 1970-an, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve pada 2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim Seri-A di musim 2004-05 dan 2005-06. Sayangnya, di Mei 2006 Juve ketahuan menjadi salah satu klub Seri-A yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke seri-B untuk pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan untuk dicabut.[33]Dibawah manajer muda Perancis, Didier Deschamps dan para pemain setia seperti Gianluigi Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi tim super di Seri-B dan dengan hasil sebagai juara seri-B untuk pertama kalinya, Juve kembali ke Seri-A pada musim 2007-08. Claudio Ranieri[34] diangkat menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09.[35] Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-09 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10.[36] Namun Ferrara pun tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh Alberto Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-10 dan kemudian ia digantikan oleh Luigi Del Neri untuk musim 2010-11. Namun setelah serentetan hasil buruk di paruh musim kedua, manajemen Juventus akhirnya memutuskan untuk memecat Del Neri tidak lama setelah musim berakhir, dan ia digantikan oleh mantan bintang Juventus di era 1990-an, Antonio Conte.
[sunting] Serba-serbi klub
[sunting] Warna, logo, dan julukan
Juventus telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun 1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena satu dan lain hal, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang. Akhirnya Juve memutuska untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.[37]Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[37]
Logo resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada musim 2004-05. Dimana saat itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2004-05, Juve memiliki sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin). Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Seri-A 20 kali. Sementara di era 1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra, menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda) dalam Latin.[5] Nama ini diambil dari usia para pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya) merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era 1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Pacar Italia" dalam bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[38], atau Si Zebra) yang merujuk pada warna kostum Juventus.
[sunting] Stadion
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.[39] Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[40]
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro di Milan.[40]
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
[sunting] Pendukung
Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang[18] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[17] dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir 170 juta orang[18] (43 juta orang di Eropa),[18] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[41] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia melalui Juventini Indonesia.[42]Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[43] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.
Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.[44][45]
[sunting] Rivalitas
Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[46] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[46] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[47] AS Roma[48] dan AC Fiorentina.[49]Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), dimana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.
[sunting] Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:[50]Bahasa Italia | Bahasa Inggris | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale' Tu sei la squadra del cuore Sempre in campo undici eroi Vinci l'impossibile e vai Ti seguiremo anche noi Metti un'altra stella sul petto Mille mani al cielo per te... insieme L'onda di una magica ola partirà Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Notte di Coppa Campioni Notte che non finirà mai Grande l'emozione che dai quando tu vinci per noi Tutti allo stadio a sognare Aspettando l'urlo di un goal... insieme L'onda di una magica ola partirà Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale' Juve...Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale' Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale' You are the favorite team Also in the eleven heroes Win the impossible and go We will follow Put another star on his chest A thousand hands to heaven for you... set The wave of a magic is start Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Juve ... Juve ... Juve ... Juve ... Night of Champions Cup Night that never ends Great feeling from your fans When you win for us All dream in the stadium Waiting for the roar of a goal... set The wave of a magic is start Forza Juve Juve Juve ale ' The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale' Juve... Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale' Anda adalah tim favorit Dengan sebelas pahlawan Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga Dan kami akan mengikuti Pasang bintang lain di dadamu Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda... Di awali sebuah gelombang ajaib Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Bendera hitam-putih adalah bendera kita Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Malam dengan pesta kemenangan Malam yang tidak pernah berakhir Perasaan sukacita dari penggemar Anda Ketika Anda menang bagi kami Semua mimpi di stadion Menunggu gol yang datang... Di awali sebuah gelombang ajaib Forza Juve Juve Juve ale' Bendera hitam-putih adalah bendera kita Forza Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale' Juve... Juve... |
[sunting] Pembinaan pemain muda
Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[51] Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.Barisan pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior dan juga junior. Diantara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara lain: Gianpiero Combi untuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[52]
Mirip dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss) dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[53]
[sunting] Skuat tim dan staf kepelatihan
[sunting] Tim utama
- Hingga 31 Agustus 2011.
|
|
[sunting] Dipinjamkan
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
|
|
[sunting] Staf
Berikut merupakan para staf yang bertugas untuk Juventus.Hingga 27 Juli 2011.[54]
Posisi | Pejabat |
---|---|
Pelatih kepala | Antonio Conte |
Asisten pelatih | Angelo Alessio |
Pelatih penjaga gawang | Claudio Filippi |
Koordinator pelatih | Massimo Carrera |
Asisten koordinator pelatih | Cristian Stellini |
Pelatih fitnes | Paolo Bertelli |
[sunting] Manajemen tim
[sunting] Presiden klub
Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[55]
|
|
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.
[sunting] Statistik kepelatihan
Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[3] sampai saat ini.[56]
|
|
(int.)Manajer ad-interim.
[sunting] Prestasi dan penghargaan
Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 40 gelar nasional di Italia,[8] dan salah satu klub tersukses di dunia,[6][7] dengan raihan 11 gelar internasional,[9] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[57] menjadikan mereka sebagai klub ketiga yang sukses di Eropa[10] dan juga dunia,[11] dimana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola dunia.[9]Juventus telah memenangi 27 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini,[32] dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35.[32] Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[58]
Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.
Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[13] yang diakui oleh FIFA,[15][16][14][59] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.[60]
Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[61]
Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[62], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[63]
[sunting] Gelar juara nasional Italia
- Juara (27 kali): 1905; 1925-26[64]; 1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03.
- Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008-09
- Juara (1 kali): 2006-07.[65]
- Juara (9 kali): 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
- Juara kedua (4 kali): 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04.
- Piala Kremlin
[sunting] Gelar Eropa dan dunia
- Juara (2 kali): 1984-85, 1995-96.[67][68]
- Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1982–83; 1996–97; 1997–98; 2002–03
- Juara (1 kali): 1983-84.[69]
[sunting] Rekor dan statistik klub
Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di seri-A dengan 444 kali penampilan.Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni 2007.[77][78]
Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[21]
Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese dimana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[21]
Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[79]
[sunting] Kontribusi untuk tim nasional Italia
Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah,[80] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[81] Juve juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari 1972 sampai 1986.Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[82]
- Piala Dunia 1934 (9); Gianpiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel IIº, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi and Mario Varglien Iº
- Piala Dunia 1938 (2); Alfredo Foni dan Pietro Rava
- Piala Dunia 1982 (6); Dino Zoff, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli
- Piala Dunia 2006 (5); Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan Gianluca Zambrotta
Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[84]
[sunting] Juventus sebagai perusahaan
[sunting] Juventus dalam bisnis
Pendapatan | ▼ €240,165,610 (2009–10) |
---|---|
Laba usaha | ▼ €5,219,706 (2009–10) |
Laba bersih | ▼ net loss €10,967,944 (2009–10) |
Jumlah aset | ▲ €291,292,220 (2009–10) |
Jumlah ekuitas | ▼ €90,303,924 (2009–10) |
Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.
Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, dimana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.
[sunting] Pemasok kostum dan sponsor
Periode | Produsen kostum | Sponsor |
---|---|---|
1979–1989 | Kappa | Ariston |
1989–1992 | UPIM | |
1992–1995 | Danone | |
1995–1998 | Sony / Sony Minidisc | |
1998–1999 | D+Libertà digitale / Tele+ | |
1999–2000 | CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony | |
2000–2001 | Ciao Web / Lotto | Sportal.com / Tele+ |
2001–2002 | Lotto | FASTWEB / Tu Mobile |
2002–2003 | FASTWEB / Tamoil | |
2003–2004 | Nike | |
2004–2005 | SKY Italia / Tamoil | |
2005–2007 | Tamoil | |
2007–2010 | New Holland FIAT Group | |
2010–2012 | BetClic / Balocco |
[sunting] Juventus dan kemanusiaan
Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.[85]Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung, maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah berhasil di antaranya:
- Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.[85]
- Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[85]
- Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.[85]
[sunting] Catatan kaki
- ^ a b Also Madama in Piedmontese dialect.
- ^ Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992) (dalam bahasa Italian and Piedmontese). Opere. Milan: Rusconi Editore. hlm. 630. ISBN 88-18-06084-8.
- ^ a b c d e f "Juventus Football Club: The History". Juventus F.C. official website. http://www.juventus.com/site/eng/CLUB_storia.asp. Diakses pada 9 Agustus 2008.
- ^ "New Stadium". Juventus F.C.. http://www.juventus.com/wps/portal/en/welcome/!ut/p/b1/04_Sj9CPykssy0xPLMnMz0vMAfGjzOKNzBwtg7zdDQ0MAsLcDDx9AzzdQ5xCwgwNjfS99KMyk3L1ypNz9Qz0jCwNLA3MTcxMTC2MzS0Mjc30w_WjUE1wDzGzNPAMDHBzdPW1NDTwNIcqMMABHA30_Tzyc1P1C7KDgywcFRUBtVSnLA!!/?1dmy&urile=wcm%3apath%3a/juvecom-en/club/dove/nuovo-stadio/nuovo-stadio. Diakses pada 23 Juli 2011.
- ^ a b Nama "Juventus" ialah terjemahan bahasa Piedmont dari kata Latin iuventus (youth dalam Bahasa Inggris).
- ^ a b c "Juventus building bridges in seri B", FIFA official website. Diakses pada 20 November 2006..
- ^ a b "Europe's club of the Century". IFFHS official website. http://www.iffhs.de/?a413f0e03790c443e0f40390b41be8b01905fdcdc3bfcdc0aec70aeedb883ccb05ff1d. Diakses pada 10 September 2009.
- ^ a b Rekor untuk dunia sepak bola Italia. Klub utama Italia lainnya, Milan dan Internazionale telah memenangkan total 45 gelar (27 dalam kompetisi klub Italia) dan 33 (26) gelar resmi, respectively.
- ^ a b c d "Football Europe: Juventus F.C.". UEFA official website. http://www.uefa.com/footballEurope/Club=50139/domestic.html. Diakses pada 26 Desember 2006.
- ^ a b Klub tersukses keempat di Eropa untuk raihan gelar internasional (regional Eropa dan dunia -Interkontinental dan/atau turnamen Piala Dunia Antar Klub) dengan 11 gelar. Klub tersukses keempat di Eropa untuk raihan 9 gelar UEFA Cup.
- ^ a b Hanya Milan, Boca Juniors (both with 18 titles), Independiente, Real Madrid (keduanya 15) dan Al-Ahly (14) yang memenangi kejuaraan dunia sepak bola antar klub.
- ^ "History of the UEFA Cup". UEFA official website. http://www.uefa.com/competitions/uefacup/history/index.html. Diakses pada 5 April 2008..
- ^ a b
Juventus FC is the only club in the world to have won all official
continental championships —UEFA club competitions— and the world club
title —Intercontinental Cup and/or FIFA Club World Cup—. Also is the only club in the world, join to Tunisia's Étoile Sportive du Sahel, to have won all international club competitions organized by their respective continental confederation. See also:
"Legend: List of UEFA club competitions". UEFA official website. http://www.uefa.com/competitions/supercup/news/kind=32/newsid=447085.html. Diakses pada 21 Agustus 2006.
"ES du Sahel: Étoile Sahel, an African institution". FIFA official website. http://www.fifa.com/classicfootball/clubs/club=44277/index.html. Diakses pada 19 Agustus 2009. - ^ a b "Juventus FC: La Vecchia Signora en lo más alto del mundo" (dalam bahasa Spanish). FIFA official website. http://es.fifa.com/classicfootball/clubs/club=31085/index.html. Diakses pada 19 Agustus 2009.
- ^ a b The major UEFA club competitions are the European Champion Clubs' Cup (or simply European Cup), the UEFA Cup Winners' Cup and the UEFA Cup. In the aggregate, the fact to win these three trophies is also known as the "Grand Slam", a feat achieved by only other two clubs since the triumph of the Old Lady in 1985: Ajax Amsterdam in 1992 and Bayern Munich in 1996.
- ^ a b "Un dilema histórico", El Mundo Deportivo. Diakses pada 23 September 2003.
- ^ a b "Research: Supporters of football clubs in Italy", La Repubblica. Diakses pada 30 Agustus 2008.
- ^ a b c d "Juventus Football Club S.p.A: Objectives and Strategies". Juventus F.C. official website. http://www.juventus.com/site/eng/CLUB_obiettiviestrategie.asp. Diakses pada 26 Agustus 2009.
- ^ "New stadium, opening ceremony on 8th September", Juventus F.C., 14 Juli 2011. Diakses pada 23 Juli 2011.
- ^ "Storia della Juventus Football Club" (dalam bahasa Italian). magicajuventus.com. http://www.magicajuventus.com/storia_juventus.php. Diakses pada 8 Juli 2007.
- ^ a b c d e f g Modena, Panini Edizioni (2005). Almanacco Illustrato del Calcio - La Storia 1898-2004.
- ^ "FIFA Classic Rivalries: Torino VS Juventus". FIFA official website. http://www.fifa.com/classicfootball/stories/classicderby/news/newsid=924118.html#injuries+clouding+turin+derby. Diakses pada 29 Juni 2007.
- ^ Glanville, Brian (30 Desember 2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. hlm. 263. ISBN 0-571-22944-1.
- ^ "European Footballer of the Year ("Ballon d'Or")". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/miscellaneous/europa-poy.html. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "Olsson urges anti-racism action", UEFA official website. Diakses pada 13 Mei 2005.
- ^ Goldblatt, David (30 Desember 2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. hlm. 602. ISBN 978-0-14-101582-8.
- ^ "1995/96: Juve hold their nerve", UEFA official website, 22 Mei 1996.
- ^ "1996: Dazzling Juve shine in Paris", UEFA official website, 1 Maret 1997.
- ^ "Toyota Cup 1996". FIFA official website. 26 November 1996. http://www.fifa.com/classicfootball/clubs/matchreport/newsid=512164.html#toyota+cup+1996.
- ^ "UEFA Champions League 1996–97: Final". UEFA official website. 28 Mei 1997. http://www.uefa.com/competitions/ucl/history/season=1996/round=75/index.html.
- ^ "UEFA Champions League 1997–98: Final". UEFA official website. 20 Mei 1997. http://www.uefa.com/competitions/ucl/history/season=1997/round=1169/index.html.
- ^ a b c "seri A TIM: Albo d'oro" (dalam bahasa Italian). Lega-Calcio official website. http://www.lega-calcio.it/it/seri-A-TIM/Albo-doro.page. Diakses pada 25 Agustus 2009.
- ^ "Italian trio relegated to seri B", BBC. Diakses pada 14 Juli 2006.
- ^ "Ranieri appointed Juventus coach", BBC News. Diakses pada 4 Juni 2007.
- ^ "Via Ranieri, ecco Ferrara", UEFA official website. Diakses pada 19 Mei 2009.
- ^ "Ferrara handed Juventus reins", UEFA official website. Diakses pada 5 Juni 2009.
- ^ a b "Black & White", Notts County F.C. official website. Diakses pada 7 November 2008. Extracts taken from the Official History of Notts County and article kindly reproduced by the Daily Mail.
- ^ The zebra is Juventus' official mascot because the black and white vertical stripes in its present home jersey and emblem remembered the zebra's stripes.
- ^ "Juventus places: Olympic Stadium". Juventus F.C. official website. http://www.juventus.com/site/eng/JPL_stadioolimpico.asp. Diakses pada 12 Maret 2008.
- ^ a b "Juventus places: Delle Alpi Stadium". Juventus F.C. official website. http://web.archive.org/web/20080121040215/http://www.juventus.com/site/eng/JPL_stadiodellealpi.asp. Diakses pada 12 Maret 2008.
- ^ "Napoli: Back where they belong", FIFA official website. Diakses pada 22 Juni 2007.
- ^ "I club esteri" (dalam bahasa Italian). Centro Coordinamento Juventus Club DOC official website. http://www.juventusclubdoc.it/index.php/Table/I-Club-Esteri/. Diakses pada 1 November 2008.
- ^ "Supporters by region", calcioinborsa.com. Diakses pada 5 Februari 2007.
- ^ http://www.juventusclubindonesia.com/doc.html
- ^ Juventus Club Indonesia diakui oleh pihak Juventus Italia
- ^ a b "Juve-Inter, storia di una rivalità", Tuttosport, 22 September 2008.
- ^ "Juve e Milan, la sfida infinita storia di rivalità e di campioni", La Repubblica, 15 Mei 2003.
- ^ "Juve-Roma, rivalità antica", Tuttosport, 31 Oktober 2008.
- ^ "Quell'antica ruggine tra Juve e Fiorentina", La Gazzetta dello Sport, 22 Januari 2009.
- ^ Sing Along Juventus Anthem - Inno Juventus - Bella Signora Watch the video and Sing Along Forza la Juve, La Juve, La Juve Ale'
- ^ "Juve, la strategia di Bettega: tornano i giovani", Tuttosport, 9 Januari 2010.
- ^ "La signora Juventus è ringiovanita bene", La Gazzetta dello Sport, 21 Januari 2009.
- ^ "Juventus Soccer Schools International", Juventus Soccer School, 16 Mei 2010.
- ^ "Coaching staff season 2011/2012". Juventus.it. Juventus FC. http://www.juventus.com/wps/portal/en/incampo/giocatori-e-staff/prima/tecnico/. Diakses pada 27 Juli 2011.
- ^ "List of Juventus F.C. Presidents" (dalam bahasa Italian). Juworld.net. http://www.juworld.net/storia-presidenti-della-juventus.asp. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "List of Juventus F.C. managers" (dalam bahasa Italian). MyJuve.it. http://www.myjuve.it/managers-juventus/managers_list.aspx. Diakses pada 25 Juli 2007.
- ^ a b Sampai 2004, pertandingan antar juara Liga Champions dikenal dengan nama Piala Interkontinental (biasa disebut European / South American Cup alias Toyota Cup); kemudian kejuaraan tersebut diganti dengan Piala Dunia Antar Klub FIFA.
- ^ "TIM Cup: Albo d'oro" (dalam bahasa Italian). Lega-Calcio official website. http://www.lega-calcio.it/it/Tim-Cup/Albo-doro.page. Diakses pada 20 Agustus 2009.
- ^ "Tutto inizio' con un po' di poesia", La Gazzetta dello Sport. Diakses pada 24 Mei 1997.
- ^ "UEFA Europa League: Facts & Figures", UEFA official website. Diakses pada 14 Mei 2007.
- ^ "FIFA Awards: FIFA Clubs of the 20th Century". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/miscellaneous/fifa-awards.html#centclub. Diakses pada 23 Desember 2000.
- ^ "The 'Top 25' of each year (since 1991)". IFFHS official website. http://www.iffhs.de/?b002ec70a814f4cd003f09. Diakses pada 3 Januari 2008.
- ^ Sejak musim 1990–91, Juventus memenangi 15 kejuaraan resmi: lima gelar Serie-A, satu Coppa Italia, empat Piala Super Italia, satu piala Interkontinental Cup/FIFA World Club Cup, satu European Cup/UEFA Champions League, satu UEFA Cup, satu UEFA Intertoto Cup, dan satu UEFA Super Cup. Lihat juga "All-Time Club World Ranking (since 1.1.1991)". IFFHS official website. http://www.iffhs.de/?3d4d443d0b803e8b40384c00205fdcdc3bfcdc0aec70aeedbe1a. Diakses pada 31 Desember 2008.
- ^ Sampai 1921, divisi teratas sepak bola Italia dikenal dengan nama Federal Football Championship; kemudian berubah menjadi First Division, National Division, dan terakhir seri A.
- ^ "Italy - List of Second Division (seri B) Champions". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/tablesi/ital2champ.html. Diakses pada 19 Agustus 2009.
- ^ "Supercoppa TIM: Albo d'oro" (dalam bahasa Italian). Lega-Calcio official website. http://www.lega-calcio.it/it/Altre-competizioni/Supercoppa-TIM/Albo-doro.page. Diakses pada 20 Agustus 2009.
- ^ "European Champions' Cup". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/tablese/ec1.html. Diakses pada 19 Agustus 2009.
- ^ Up until 1992, the UEFA's premier club competition was the European Champion Clubs' Cup; since then, it has been the UEFA Champions League.
- ^ "UEFA Cup Winners' Cup: All-time finals". UEFA official website. http://www.uefa.com/uefa/news/kind=1/newsid=2577.html. Diakses pada 19 Juli 2009.
- ^ "UEFA Cup: All-time finals". UEFA official website. http://www.uefa.com/uefa/news/kind=1/newsid=2571.html. Diakses pada 13 Juli 2009.
- ^ The European Inter-Cities Fairs Cup (1958-1971) was a football tournament organized by foreign trade fairs in European seven cities (London, Barcelona, Copenhagen, and others) played by professional and —in its first editions— amateur clubs. Along these lines, that's not recognized by the Union of European Football Associations as an UEFA club competition. See: "UEFA Europa League: History". UEFA official website. http://www.uefa.com/Competitions/uefacup/History/index.html. Diakses pada 25 Agustus 2009..
- ^ "UEFA Intertoto Cup winners since 1995 (page 2)" (PDF). European Football Pool. http://www.intertoto-cup.com/documents/UIC_winners_in_UEFA_Cup_Juli_08_001.pdf. Diakses pada 19 Agustus 2009.
- ^ "1999: Juve add illustrious name to trophy", UEFA official website. Diakses pada 1 Agustus 1999..
- ^ "UEFA Super Cup: All-time finals". UEFA official website. http://www.uefa.com/uefa/news/kind=1/newsid=2579.html. Diakses pada 19 Juli 2009.
- ^ Pertandingan Piala Super Eropa 1985 mempertemukan Old Lady dan Everton, Pemenang Piala UEFA 1984-85 tidak diperkenankan hadir akibat Tragedi stadion Heysel. Lihat: "UEFA Super Cup: History". UEFA official website. http://www.uefa.com/competitions/SuperCup/history/index.html. Diakses pada 25 Agustus 2009..
- ^ "UEFA/CONMEBOL Intercontinental Cup: All-time finals". UEFA official website. http://www.uefa.com/uefa/news/kind=1/newsid=3617.html. Diakses pada 19 Juli 2009.
- ^ "Giampiero Boniperti playing records". MyJuve.it. http://www.myjuve.it/players-juventus/giampiero-boniperti-5.aspx. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "Alessandro Del Piero playing records". MyJuve.it. http://www.myjuve.it/players-juventus/alessandro-del_piero-33.aspx. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "Zidane - symbol of Real's dream", BBC. Diakses pada 9 Juli 2001.
- ^ "Italian national team: J-L Italian club profiles". Italian national team records & statistics. http://www.homestead.com/forza_azzurri/clubs_prof_J.html. Diakses pada 1 November 2006..
- ^ "Juve players at the World Cup", Juventus F.C. official website. Diakses pada 23 Agustus 2009.
- ^ "Italian National Team Honours - Club Contributions". Forza Azzurri. http://www.homestead.com/forza_azzurri/Hist_Team_Hon.html. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "European Championship 1968 - Details Final Tournament". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/tables/68e-det.html. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ "European Championship". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. http://www.rsssf.com/tablese/eurochamp.html. Diakses pada 8 Juni 2007.
- ^ a b c d Juve & Kemanusiaan
[sunting] Bibliografi
[sunting] Buku
- Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992) (dalam bahasa Italia dan Piedmontese). Opere. Milan: Rusconi Editore. ISBN 8-81-8060-84-8.
- Canfari, Enrico (1915) (dalam bahasa Italia). Storia del Foot-Ball Club Juventus di Torino. Tipografia Artale.
- Clark, Martin (1996) [1995]. Modern Italy; 1871-1995. 2. Milan: Longman. ISBN 0-582-05126-6.
- Dolci, Fabrizio (2003) (dalam bahasa Italia). Non omnis moriar: gli opuscoli di necrologio per i caduti Italiani nella Grande Guerra; bibliografia analitica. Edizioni di Storia e Letteratura. ISBN 8-88498-152-2.
- Glanville, Brian (2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. ISBN 0-571-22944-1.
- Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. ISBN 978-0-14-101582-8.
- Hazzard, Patrick (2001). Fear and loathing in world football. Berg Publishers. ISBN 1-85973-463-4.
- Kuper, Simon (2010) (dalam bahasa Italia). Calcionomica. Meraviglie, segreti e stranezze del calcio mondiale. ISBN Edizioni. ISBN 8-87638-176-7.
- Papa, Antonio (1993) (dalam bahasa Italia). Storia sociale del calcio in Italia. Bologna: Il Mulino. hlm. 271. ISBN 88-15-08764-8.
- Sappino, Marco (by) (2000) (dalam bahasa Italia). Dizionario biografico enciclopedico di un secolo del calcio italiano. 2. Milan: Baldini Castoldi Dalai Editore. ISBN 8-88-0898-62-0.
- Tranfaglia, Nicola (1998) (dalam bahasa Italia). Guida all'Italia contemporanea, 1861-1997. 4. Garzanti. ISBN 8-81-1342-04-X.
[sunting] Publikasi lainnya
- Graziano, Mirko (9 October 2011). "Azzurro Juve, miniera d'oro" (dalam bahasa Italia). La Gazzetta dello Sport 115 (237).
- Papi, Giacomo (8 April 2004). "Il ragazzo che portava il pallone" (dalam bahasa Italia). Diario della settimana 13/14.
- "Football Philosophers" (PDF). The Technician (Union des Associations Européennes de Football) 46. 1 Mei 2010. http://www.uefa.com/MultimediaFiles/Download/TheTechnician/uefaorg/Publications/01/47/97/99/1479799_DOWNLOAD.pdf.
- "Prospetto informativo OPV 24 maggio 2007", Commissione Nazionale per le Società e la Borsa. Diakses pada 24 Mei 2007.
- "Sondaggio Demos & Pi: Italia, il paese nel pallone (2010)", Demos & Pi, 24 September 2010. Diakses pada 23 Oktober 2010.
[sunting] Pranala luar
Cari tahu mengenai Juventus F.C. pada proyek-proyek wiki Wikimedia lainnya: | |
---|---|
Definisi kamus | |
Buku teks | |
Kutipan | |
Teks sumber | |
Gambar dan media |
- (Inggris) (Italia) (Indonesia) (Tionghoa) (Jepang) Situs resmi Juventus F.C.
- (Italia) Juventus F.C. di Facebook
- (Italia) Juventus F.C. di Twitter
- (Inggris) Juventus channel di YouTube
- (Inggris) Juventus Football Club dalam situs UEFA
- (Indonesia) Juventini Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar