KELEMAHAN MANUSIA
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata
Kuliah : TAFSIR TARBAWI
Dosen
Pengampu : SAIFUDDIN, M.Ag.
Disusun oleh :
AGUS
HERLANI / 58461158
LILIS
CHOLISOH / 58461175
AMALIA
ZAHROH / 58461160
TOATUN
IMSIYAH / 58461193
Pendidikan
IPA Biologi _A
Semester
3
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
( I A I N )
CIREBON
2009
A.
Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah kali ini, berangkat dari judul makalah yang
mencakup sub pokok bahasan ruang lingkup ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an,
yang dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang ayat Al-Qur’an yang
berhubungan dengan ‘Kelemahan Manusia’, kami akan mencoba menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Tafsir
Tarbawi yang merupakan salah satu mata kuliah di semester ini.
Seiring bergantinya zaman, Ilmu Tafsir yang merupakan salah satu ilmu
yang mempermudah kita dalam memahami Al-Qur’an secara mendetail. Oleh karena
itu, marilah kita mengenal lebih jauh tentang sebenarnya apa yang menjadi objek
Ilmu Tafsir. Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai generasi muda islam
supaya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan
mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa diri kita dan
bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini.
B. Rumusan Masalah
2. Apa amanat Allah yang diberikan
kepada manusia ?
3. Apa saja Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelemahan manusia
dalam pandangan Al-Quran.
2. Untuk mengetahui amanat Allah
yang diberikan kepada manusia.
3. Untuk mengetahui sifat manusia
menurut Al-Qur’an.
D. Sentral
Kajian
- Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27
* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sÎ) çm¡¡tB ¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ #sÎ)ur çm¡¡tB çösø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ wÎ) tû,Íj#|ÁßJø9$# ÇËËÈ tûïÏ%©!$# öNèd 4n?tã öNÍkÍEx|¹ tbqßJͬ!#y ÇËÌÈ úïÉ©9$#ur þÎû öNÏlÎ;ºuqøBr& A,ym ×Pqè=÷è¨B ÇËÍÈ È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãósyJø9$#ur ÇËÎÈ tûïÏ%©!$#ur tbqè%Ïd|Áã ÏQöquÎ/ ÈûïÏd9$# ÇËÏÈ tûïÏ%©!$#ur Nèd ô`ÏiB É>#xtã NÍkÍh5u tbqà)Ïÿô±B ÇËÐÈ
Artinya :
19. Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan
apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22. Kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. Yang
mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24. Dan
orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
26. Dan
orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27. Dan
orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
- Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya
:
”Allah,
dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah
Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
- Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur ú÷üt/r'sù br&
$pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
Artinya :
”Sesungguhnya
kami Telah mengemukakan amanat[1]
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
- Q.S. Maryam (19) : Ayat 4 - 8
tA$s%
Éb>u
ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB @yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øx© öNs9ur .`à2r& ͬ!%tæßÎ/ Éb>u
$wÉ)x© ÇÍÈ ÎoTÎ)ur
àMøÿÅz uÍ<ºuqyJø9$# `ÏB Ïä!#uur ÏMtR$2ur ÎAr&tøB$#
#\Ï%%tæ
ó=ygsù Í< `ÏB Rà$©! $wÏ9ur ÇÎÈ ÓÍ_èOÌt ß^Ìtur
ô`ÏB ÉA#uä
z>qà)÷èt ( ã&ù#yèô_$#ur Éb>u
$|ÅÊu ÇÏÈ !$Ì2t»t $¯RÎ)
x8çÅe³u;çR
AO»n=äóÎ/ ¼çmßJó$# 4Ózøts
öNs9 @yèøgwU ¼ã&©!
`ÏB ã@ö6s% $wÏJy ÇÐÈ tA$s%
Éb>u
4¯Tr& Ücqä3t Í< ÖN»n=äî ÏMtR$2ur ÎAr&tøB$#
#\Ï%%tæ
ôs%ur àMøón=t/
z`ÏB Îy9Å6ø9$# $|ÏFÏã ÇÑÈ
Artinya :
4.
Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku
Telah lemah dan kepalaku Telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.
5.
Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku[2] sepeninggalku,
sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi
Engkau seorang putera.
6.
Yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga
Ya'qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
7.
Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira
kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami
belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.
8.
Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada
anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan Aku (sendiri)
Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".
- Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 - 29
ßÌã ª!$# br& y#Ïeÿsä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur
ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê
ÇËÑÈ $ygr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w
(#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& cqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB
4 wur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr&
4 ¨bÎ) ©!$# tb%x.
öNä3Î/ $VJÏmu
ÇËÒÈ
Artinya
:
28. Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu[3],
dan manusia dijadikan bersifat lemah.
29. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[4];
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
E.
Asbabun Nuzul
Untuk lebih memahami al-Qur’an, perlu diketahui latar belakang turunnya
atau sering juga disebut ‘asbab nuzulnya’.[5]
Dengan mengetahui asbab nuzulnya ayat-ayat al-Qur’an, kita akan lebih memahami
arti dan makna ayat-ayat itu dan akan hilanglah keraguan dalam menafsirkannya.
Betapa banyak ulama yang menganggap penting pengetahuan asbab nuzul ayat
itu, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk meneliti dan mengumpulkan
bahannya. Tetapi para ulama menjelaskan, bahwa tidak setiap ayat-ayat didalam
al-Qur’an terdapat asbab nuzul yang sesuai dengan peristiwa atau kejadian
ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, kami tidak mencantumkan asbab nuzul
ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam makalah kami ini.
F.
Tafsir dan Penjelasan
- Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27
Tafsir /
Penjelasan :
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan
sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana
ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan
memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir.[6]
Dalam ayat-ayat yang menjadi materi pengecualian (mustatsna) atau yang
menjadi mukhashshish dari keumuman lafal al-Insan tersebut.
Kelompok manusia yang pertama menjadi mukhashshish adalah orang-orang
yang mendirikan sholat (al-mushallin), dimana sholat merupakan pembeda pokok
antara seorang Muslim dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat al-Dhahhak ini
diikuti, maka tafsiran ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir diciptakan
dalam keadaan bersifat keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah, orang Islam
yang mendirikan sholat tidaklah bersifat demikian.
Maksud dari kata “Halu’a” (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan
ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu menyukai
perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai perkara-perkara
yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang disenanginya dan
tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”[7]
Ayat berikutnya yaitu : Al-Syarr
(¤³9$#) ‘kejelekan’, ‘kesusahan’,
‘kerugian’, adalah sesuatau yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh
manusia. Sedangkan Al-Khair (ösø:$#)
‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan sesuatau yang dikehendaki dan
diinginkan oleh manusia.namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang
sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang
mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang
merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh
syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya,
keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh
kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya”. Ini adalah ayat yang mentakhshishkeumuman lafal
al-Insan. Artinya, bahwa orang-orang yang tetap mengerjakan sholattidak termasuk
manusia yang menolak kebaikan dengan tidak mensyukurinya dan menyesali
kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar menghadapinya. Orang yang selalu
mendirikan sholat memiliki hubungan dan ketergantungan vertikal yang sangat
kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu memposisikan kebaikan dan keburukan yang
menimpanya sebagai batu ujian keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Anbiyaa ayat 35 :
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur Îh¤³9$$Î/ Îösø:$#ur ZpuZ÷FÏù ( $uZøs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ
Artinya :
”Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan.”
Klausa da-imun dalam ayat diatas menegaskan bahwa shalat yang akan menetralisir
manusia sebagai mahluk yang berkeluh kesah adalah sholat yang dilakukan secara
terus menerus. Dalam bahasa Arab, (…………………………...) berartimengerjakan sesuatau
secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Orang tidak pernah berhenti
kentut (maaf !) disebut (………………). Jadi, shalat da-im ialah shalata yang
dialksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im maksudnya melaksanakan dan
mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran ritualitas shalat kedalam
gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga beranjak tidur.
Menurut penjelasan dari ayat diatas, bahwa orang yang setia melaksanakan
shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari
adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah menghadapi sesulit apapun kehidupan
ini.
Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh kesah, yaitu (1)
orang-orang yang memberikan sebagian hak kekayaannya kepada fakir miskin, (2)
orang-orang yang membenarkan akan datangnya hari pembalasan, (3) orang-orang
yang merasa takut akan siksaaan Allah, (4) orang-orang yang memelihara
kemaluannya selain kepada istri-istrinya, (5) orang-orang yang memelihara
amanat, (6) orang-orang yang selalu memberikan kesaksian yang benar.
Dikatakan juga bahwa shalat ideal ialah shalat yang amampu membentuk
akhlaq al-karimah bagi pelakunya baik secara individual maupun secara social.
Shalat yang seperti inilah yang secara psikologis akan mampu melahirkan
keseimbangan batin dan ketahanan mental dalam menghadapi situasi kehidupan
sesulit apapun.
Kelemahan manusia sebagai mahluk yang suka berkaluh kesah yang
digambarkan dalam ayat diatas, sebetulnya sekaligus juga menjadi kelebihannya.
Sebab, melalui kelemahan tersebut manusia mampu melakukan introspeksi diri dan
akan selalu berusaha menutupi kelemahannya.
Karena itu, kelemahan ini tidak harus menjadi penghalang bagi manusia
dalam memproses dirinya menuju ‘kesempurnaan’ dan kematangan sebagai mahluk
yang telah dipercaya memikul amanat khilafah di muka bumi. Pesan
substantifdarai ayat-ayat tersebut, Allah SWT. tidak bermaksud ‘mempermalukan’
manusia melalui sifat keluh kesahnya, melainkan bahwa shalat berikut
indicator-indikator yag ditimbulkannya, adalah sebagai mi’raj mu’minin, sesuai
nama surahnya, Al-Ma’arij. Selebohnya melalui ayat-ayat ini Allah SWT.
mengajarkan kepada manusia tentang sifat sportif dan berlapang dada untuk
menunujukan kelemahan dan kekuranagn serta menerima masukan dan kritikan dari
orang lain sebagaian dari proses perbaikan dirinya.
- Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat 54
Tafsir / Penjelasan :
Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan
sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana
ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan
memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Pernahkah kita berpikir, mengapa meski memiliki seluruh
sifat yang unggul ini manusia memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu
lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam? Mengapa begitu mudah terserang
mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak tertangkap oleh mata
telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya untuk
menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan
mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu?
Manusia bukan
makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai makhluk yang
paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara
makhluk-makhluk lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti
angin,air,tanah dan api pun manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah
menjadi angin puting beliung akan mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air
bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan
longsor akan mengubur manusia. dan api jika telah berkobar membara akan
menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia. La
haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.
- Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72
Tafsir / Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan
menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima
oleh manusia.
Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an, Raghib al-Isfahany mengartikan
al-Amanat dengan akal, karena dengan akallah pengertia tauhid, keadilan,
pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat diketahui dan diperbuat
manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia diunggulkan diatas
mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih makna ketaatan
sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir
al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat didalam agama, dan
amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata amanat alam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali,
yaitu pada QS. Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu
dalam perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling
mempercayai, hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila ktia memperhatikan kata amanat dengan kaitan kontekstualnya pada
surat Al-Ahzab :72, ada beberapa qarinah yang membedakan artinya dengan arti
amanat, yaitu : Pertama, sebagaiamana telah sering disinggung bahwa kata
amanat pada ayat ini dalam bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan
kekhususan. Kedua, kata al-amanat dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa
al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam pengertian al-Insan dimana ia
sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan ketiga, langit, bumi, dan
gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima tawaran tersebut, semua
menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan hokum alamnya secara
terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah
diperbuatnya. Seandainya langit menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan
turunnya hujan sehingga bumi rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau
seandainya langit berbaik hati menyirami bumi sehingga hidup kembali, maka
langit sama sekali tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.
Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak pemukiman dan segenap
hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan mengahncurkan yang ada, atau dia
berbaik hati dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang berharga dan minyak
yang melimpah sehingga penduduknya makmur sejahtera.
Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang
menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat
perbuatan orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In
khairan fa khairan wa in syarran fa syarrun !.
- Q.S. Maryam (19) : Ayat 4 - 8
Tafsir /
Penjelasan :
Ayat diatas menjelaskan bahwa Nabi Zakaria as. berdoa kepada Allah SWT.
dengan suara lemah lembut. Inti doa Nabi Zakaria as. diatas adalah memohon
dianugerahi seorang anak sebagai pewaris. Namun beliau memulai dengan
mukadimah. Yaitu ; Pertama, menjelaskan keadaannya yang sudah demikian
lemah dan tua, sehingga beliau benar-benar membutuhkan seorang anak. Beliau
bagaikan menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan darura, dan Allah Yang Maha
Pemurah dan Maha Kasih pasti membantu siapapun
yang beraada dalam keadaan darurat. Kedua, Nabi Zakaria as. menggambarkan
optimismenya dengan mengakui selama ini do’anya telah dikabulkan Allah SWT.
sehingga Allah tidak pernah mengecewakannya. Ketiga, beliau mengajukan
alas an mengapa beliau bermohon anak bukan selainnya, yakni karena rasa
khawatir menghadapi masa depan.
Disisi lain beliau juga sadar, bahwa permohonan itu jika diukur dengan
kebiasaan dan logika manusia, maka ia adalah sesuatu yang sangat jauhuntuk
dapat diraih. Ini dicerminkan oleh pengakuannya bahwa istrinya mandul –sejak
dahulu, yakni muda- sebagaimana dipahami dari kata (……...) kanat yang digunakan
melukiskan keadaan istrinya. Namun demikian ia tidak berputus asa dari
rahmatNya dan bahwa Allah kuasa mewujudkannya dengan cara-cara yang tidak
terjangkau oleh nalar manusia, sebagaimana dipahami dari kata min ladunka, dari
sisi-Mu.
Kata (……..) mawaliy adalah bentuk jamak dari kata (……) maula yang
terambil dari kata (…..) waliya, yang pada mulanya bermakna dekat. Dari sini
lahir aneka makna untuk kata tersebut antara lain penolong, dan kerabat. Yang
dimaksud disini adalah kerabat dekat. Pewarisan yang dimaksud bukamlah warisan
harta benda, tetapi pengetahuan. Bukankah para Nabi tidak mewariskan harta
untuk keluarga mereka, dan apa yang mereka tinggalkan adalah untuk umatnya.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
” Para ulama
adalah pewaris nabi ”
Pada ayat selanjutnya, terdapat kata (……..) samiyyan terambil dari
kata (…….) as-simah, yakni tanda. Nama sesuatau adalah yang dijadikan
tanda baginya, dari sini kata (…….) ism begitu pula kata samiya dipahami
oleh banyak ulama dalam arti nama. Yakni Allah SWT. menyampaikan kepada
Zakariya as. bahwa dia akan memperoleh seorang anak yang akan diberi nama oleh
Allah dengan nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dikenal sebelumnya
sebagai nama seorang manusia.
Penamaan anak nabi Zakaria as. itu (……) Yahya dalam bentuk kata
kerja masa kini dan dating serta berarti hidup, mengandung isyarat bahwa
sang anak akan hidup abadi selamanya, walau setelah wafat.
- Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 – 29
Tafsir /
Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun,
sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri.
Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus. Kebutuhan manusia
yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia mengerti bahwa dirinya
adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat
kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana
ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi
faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa
harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan
untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap
kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia
tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak
peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung yang
terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami
penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu
kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau
daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi
pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada
pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan seorang pesohor dengan
jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat berubah secara drastis
pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging
dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak
diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia
menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau
angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga
terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa,
"bahan-bahan" nya (daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem
kardiovaskuler dan lemak) cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan
lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari
luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi
sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk
bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.Untuk
senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan
pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia mengalami risiko
kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada
saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya
(37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat,
pembuluh-pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.
G.
Nilai-nilai Tarbawi
Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatiannya yang amat
besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti
seluas-luasnya.[8] Hal ini
antara lain dapat dilihat pada apa yang secara normative-teologi ditegaskan
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada secara empiris dapat dilihat dalam
sejarah. Secara normative-teologi, sumber ajaran islam, al-Qur’an dan al-Sunnah
dapat diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup
manusia didunia dan diakhirat,[9]
amat memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan.
Demikian pula secara histories empiris, umat islam telah memainkan
peranan yang amat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang
hasil-hasilnya hingga kini masih dapat dirasakan.
Mengenai uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan memegang
peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Merujuk tentang pembahasan
tafsir dalam ayat tersebut, kita
mengetahui tentang :
2. amanat Allah yang diberikan kepada manusia
3. sifat manusia menurut Al-Qur’an
Oleh kaena itu, kita sebagai umat manusia yang serba kekurangan, kita harus lebih berhati-hati dalm setiap
menjalani aktifitas kita sehari-hari, agar apa yang kita akukan mendapatkan
ridho Allah SWT, kita harus senantiasa berbesar hati dan berhusnudhon kepada Allah sehingga kita tidak
mudah putus asa sehingga kita bisa meminimalisir kelemahan yang kita punya.
H.
Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi biologis dan psikologis mengalami evolusi
perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan.
Tidak seperti beberapa contoh hewan yang beberapa saat setelah dilahirkan oleh
induknya bisa langsung berdiri dan berjalan. Organ-organ manusia ketika masih
bayi begitu lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam
bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
Oleh karena itu, kelemahan
Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam Al-Quran
menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain juga
menyebutkan kelemahan-kelemahannya, antara lain :
1. Lupa Tuhan
Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS.
Yunus:12
2. Bangga dan
Sombong
Dan jika Kami
rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan
berkata, "Telah hilang bencana itu dariku" Sesungguhnya dia sangat
gembira lagi bangga. QS. Hud:10
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku" Namun
apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata,
"Tuhanku menghinakanku". al-Fajr:15-16
3. Tidak
Bersyukur
Dan jika Kami
rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu
Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih.
Hud:9
4. Kikir dan
Berkeluh-kesah
Katakanlah,
"Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharan itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya." Dan adalah manusia sangat kikir. al-Isra:100
Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. al-Ma'arij:19-20
5. Lemah
Dan manusia
diciptakan lemah. an-Nisaa:28
6. Melampaui
Batas Ketika Merasa Cukup
Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya
serba cukup. al-'Alaq:6-7
7.
Tergesa-gesa
Dan manusia
memohon kejahatan sebagaimana dia memohon kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
trgesa-gesa. al-Isra:37 Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa.
al-Ambiya:37
8. Suka
Membantah
Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Quran ini
bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah. al-Kahfi:54
9. Zalim dan
Tidak Bersyukur
Dia Dia tidak
memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Ibrahim:34
10. Bodoh
Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh. al-Ahzab:72
11. Tergoda
Kesenangan Dunia
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ali Imran:14
12. Menyuruh
kepada Keburukan
Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya diri itu selalu
menyuruh kepada keburukan, kecuali diri yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Yusuf:53
I.
Penutup
Demikianlah uraian tafsir dalam makalah sederhana ini, yang sebagian
besarnya merupakan kutipan-kutipan dari sejumlah kitab tafsir, baik yang
ditulis oleh ulama klasik (salaf) maupun kontemporer. Namun, apapun bentuknya,
meskipun hanya ibarat sepercik air ditengah samudera yang amat luas, semoga
saja makalah sederhana yang kami sajikan ini, bermanfaat bgai para pembaca.
Demikian besar harapan kami agar makalah yang sederhan ini, mendapat
apresiasi dari para pembaca. Sehingga kami mendapat masukan positif yang
membangun, untuk meningkatkan kualitas makalah kami ke depan. Akhir kata, kami
mohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih atas segala perhatian.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing kami,
atas segala motivasi dan apresiasinya.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah kita menyerahkan segala usaha dan
karya kita dan semoga Dia selalu memberikan taufiq serta hidayah-Nya kepada
kita terutama dalam usaha memahami dan mengamalkan Al-Qur’an ini.
Aamiin..
DAFTAR PUSTAKA
§
Al-Qur'anulkarim
§
Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an.
Bandung : Pustaka Setia
§
DR. H. Abuddin Nata, MA. 2008. Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
§
Hadits Bukhori dan Muslim
§
http://alkasabi.multiply.com/journal/item/32
(tgl. akses 10 Okt. 2009)
§ http://bukansuperstar.com/tag/kelemahan-manusia
(tgl. akses 12 Okt. 2009)
§
http://one.indoskripsi.com
(tgl. akses 7 Okt. 2009)
§
Kholil, Moenawar. 1985. Al-Qur’an Dari Masa
ke Masa. Solo: C.V Ramadhani.
§
M. Quraish Shihab. Cet. VII, 2007. Tafsir
Al-Mishbah. Jakarta : PT. Lentera Hati.
§
Nanang, Gojali, M.Ag. 2004. Manusia,
Pendidikan, dan Sains. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
§
Tim Penerjemah Indonesia. Al-Qur'an dan
Terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia,
[1] yang
dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[2] yang
dimaksud oleh Zakaria dengan mawali ialah orang-orang yang akan mengendalikan
dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau
mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik, Karena tidak seorangpun
diantara mereka yang dapat dipercayainva, oleh sebab itu dia meminta dianugerahi
seorang anak.
[3] yaitu
dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup
syarat-syaratnya.
[4] larangan
membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu
kesatuan.
[5] Prof.
DR. H. MD. Dahlan. Asbabun Nuzul. Cet. Ke-10. Hal, 12
[6] Muhammad
bin Ahmad Al-Anshory Al-Qurthuby, Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an. (jilid
XII; KAiro ; Dar Al-Kitab Al-Araby, 1967), hal. 94
[7] Ibid
[8]
Maksudnya ialah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah,
melainkan juga informal an non formal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang
dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu dan keajlian, kepada siapa
saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, mulai lahir hingga akhir
hayat, menggunakan sarana apa saja, dan dengan cara apa saja.
[9]
Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan Imam Malik, Rasulullah SAW
menegaskan : ”Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang dijamin
kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu
kitabullah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul (al-Hadis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar