Kamis, 26 Juli 2012

KELEMAHAN MANUSIA

KELEMAHAN MANUSIA


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah : TAFSIR TARBAWI
 Dosen Pengampu : SAIFUDDIN, M.Ag.


Disusun oleh :

AGUS HERLANI / 58461158
LILIS CHOLISOH / 58461175
AMALIA ZAHROH / 58461160
TOATUN IMSIYAH / 58461193

Pendidikan IPA Biologi _A
Semester 3


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
( I A I N )
CIREBON
2009



A.    Latar Belakang

Dalam pembahasan makalah kali ini, berangkat dari judul makalah yang mencakup sub pokok bahasan ruang lingkup ayat-ayat Tarbawi dalam Al-Qur’an, yang dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ‘Kelemahan Manusia’, kami akan mencoba menjelaskan  hal-hal yang berhubungan dengan Tafsir Tarbawi yang merupakan salah satu mata kuliah di semester ini.

Seiring bergantinya zaman, Ilmu Tafsir yang merupakan salah satu ilmu yang mempermudah kita dalam memahami Al-Qur’an secara mendetail. Oleh karena itu, marilah kita mengenal lebih jauh tentang sebenarnya apa yang menjadi objek Ilmu Tafsir. Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai generasi muda islam supaya lebih mengenal, memahami dan mempelajari Ilmu Tafsir karena dengan mempelajari ilmu tafsir ini, kita akan lebih mengetahui siapa diri kita dan bagaimana kita seharusnya, agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini.

B.  Rumusan Masalah
2.  Apa amanat Allah yang diberikan kepada manusia ?
3.  Apa saja  Sifat manusia menurut Al-Qur’an ?

C. Tujuan
2.  Untuk mengetahui amanat Allah yang diberikan kepada manusia.
3.  Untuk mengetahui sifat manusia menurut Al-Qur’an.







D.    Sentral Kajian

  1. Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27

* ¨bÎ) z`»|¡SM}$# t,Î=äz %·æqè=yd ÇÊÒÈ #sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ #sŒÎ)ur çm¡¡tB çŽösƒø:$# $¸ãqãZtB ÇËÊÈ žwÎ) tû,Íj#|ÁßJø9$# ÇËËÈ tûïÏ%©!$# öNèd 4n?tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqßJͬ!#yŠ ÇËÌÈ šúïÉ©9$#ur þÎû öNÏlÎ;ºuqøBr& A,ym ×Pqè=÷è¨B ÇËÍÈ È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãósyJø9$#ur ÇËÎÈ tûïÏ%©!$#ur tbqè%Ïd|ÁムÏQöquÎ/ ÈûïÏd9$# ÇËÏÈ tûïÏ%©!$#ur Nèd ô`ÏiB É>#xtã NÍkÍh5u tbqà)Ïÿô±B ÇËÐÈ
Artinya :
19.  Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20.  Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21.  Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22.  Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23.  Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24.  Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25.  Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa         (yang tidak mau meminta),
26.  Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27.  Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.


  1. Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat  54

* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ

Artinya :
”Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”


  1. Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72


$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
Artinya :
”Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”


  1. Q.S. Maryam (19) : Ayat 4 - 8


tA$s% Éb>u ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB Ÿ@yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øŠx© öNs9ur .`à2r& šÍ¬!%tæßÎ/ Éb>u $wŠÉ)x© ÇÍÈ ÎoTÎ)ur àMøÿÅz uÍ<ºuqyJø9$# `ÏB Ïä!#uur ÏMtR$Ÿ2ur ÎAr&tøB$# #\Ï%%tæ ó=ygsù Í< `ÏB šRà$©! $wŠÏ9ur ÇÎÈ ÓÍ_èO̍tƒ ß^̍tƒur ô`ÏB ÉA#uä z>qà)÷ètƒ ( ã&ù#yèô_$#ur Éb>u $|ÅÊu ÇÏÈ !$­ƒÌŸ2t»tƒ $¯RÎ) x8çŽÅe³u;çR AO»n=äóÎ/ ¼çmßJó$# 4Ózøts öNs9 @yèøgwU ¼ã&©! `ÏB ã@ö6s% $wŠÏJy ÇÐÈ tA$s% Éb>u 4¯Tr& Ücqä3tƒ Í< ÖN»n=äî ÏMtR$Ÿ2ur ÎAr&tøB$# #\Ï%%tæ ôs%ur àMøón=t/ z`ÏB ÎŽy9Å6ø9$# $|ÏFÏã ÇÑÈ

Artinya :
4.      Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku Telah lemah dan kepalaku Telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.
5.      Dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku[2] sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi Engkau seorang putera.
6.      Yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
7.      Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.
8.      Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan Aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".


  1. Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 - 29


߃̍ムª!$# br& y#Ïeÿsƒä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ $ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 Ÿwur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJŠÏmu ÇËÒÈ

Artinya :
28.  Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[3], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
29.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[4]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
E.     Asbabun Nuzul

Untuk lebih memahami al-Qur’an, perlu diketahui latar belakang turunnya atau sering juga disebut ‘asbab nuzulnya’.[5] Dengan mengetahui asbab nuzulnya ayat-ayat al-Qur’an, kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan hilanglah keraguan dalam menafsirkannya.
Betapa banyak ulama yang menganggap penting pengetahuan asbab nuzul ayat itu, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk meneliti dan mengumpulkan bahannya. Tetapi para ulama menjelaskan, bahwa tidak setiap ayat-ayat didalam al-Qur’an terdapat asbab nuzul yang sesuai dengan peristiwa atau kejadian ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, kami tidak mencantumkan asbab nuzul ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam makalah kami ini.

F.     Tafsir dan Penjelasan
  1. Q.S. Al-Ma’aarij (70) : Ayat 19-27

Tafsir / Penjelasan :
”Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah”. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menurut Al-Dhahhak, manusia disini khusus orang kafir.[6] Dalam ayat-ayat yang menjadi materi pengecualian (mustatsna) atau yang menjadi mukhashshish dari keumuman lafal al-Insan tersebut. Kelompok manusia yang pertama menjadi mukhashshish adalah orang-orang yang mendirikan sholat (al-mushallin), dimana sholat merupakan pembeda pokok antara seorang Muslim dengan seorang Kafir. Jadi, jika pendapat al-Dhahhak ini diikuti, maka tafsiran ayat ini adalah “sesungguhnya orang kafir diciptakan dalam keadaan bersifat keluh kesah”. Mafhum mukholafahnya adalah, orang Islam yang mendirikan sholat tidaklah bersifat demikian.
            Maksud dari  kata “Halu’a”  (Keluh Kesah) yaitu, menurut Ibnu Kisan menafsirkan ayat ini dengan ; “Allah menciptakan manusia dengan sifat selalu menyukai perkara-perkara yang menyenangkan, dan selalau tidak menyukai perkara-perkara yang tidak menyenangkan. Tidak mau memberikan sesuatu yang disenanginya dan tidak sabar atas sesuatu yang dibencinya.”[7]
            Ayat berikutnya yaitu : Al-Syarr (Ž¤³9$#) ‘kejelekan’, ‘kesusahan’, ‘kerugian’, adalah sesuatau yang dibenci dan sangat tidak dikehendaki oleh manusia. Sedangkan Al-Khair (Žösƒø:$#) ‘kebaikan’, ‘kesenangan’, ‘keuntungan’, merupakan sesuatau yang dikehendaki dan diinginkan oleh manusia.namun demikian suka atau tidak suka, keduanya yang sangat bertentangan itu merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia yang mesti dihadapi secara bijaksana. Kebaikan, kesenangan, dan keuntungan yang merupakan bagian dari anugerah Allah hendaknya diterima dengan hati penuh syukur kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sebaliknya, keburukan, kesusahan, dan kerugian, hendaknya disikapi dengan jiwa yang penuh kesabaran dan ketabahan disertai tawakal kepada-Nya.
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. Ini adalah ayat yang mentakhshishkeumuman lafal al-Insan. Artinya, bahwa orang-orang yang tetap mengerjakan sholattidak termasuk manusia yang menolak kebaikan dengan tidak mensyukurinya dan menyesali kejelekan dengan tidak sanggup bersikap sabar menghadapinya. Orang yang selalu mendirikan sholat memiliki hubungan dan ketergantungan vertikal yang sangat kuat kepada Allah SWT. dan akan selalu memposisikan kebaikan dan keburukan yang menimpanya sebagai batu ujian keimanan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiyaa ayat 35 :
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur ÎhŽ¤³9$$Î/ ÎŽösƒø:$#ur ZpuZ÷FÏù ( $uZøŠs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ

Artinya :
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”

Klausa da-imun dalam ayat diatas menegaskan bahwa shalat yang akan menetralisir manusia sebagai mahluk yang berkeluh kesah adalah sholat yang dilakukan secara terus menerus. Dalam bahasa Arab, (…………………………...) berartimengerjakan sesuatau secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Orang tidak pernah berhenti kentut (maaf !) disebut (………………). Jadi, shalat da-im ialah shalata yang dialksanakan selamanya dan tanpa henti. Shalat da-im maksudnya melaksanakan dan mengaplikasikan ruh dan nilai-nilai dari ajaran ritualitas shalat kedalam gerakan hidup sehari-hari sejak bangun pagi hingga beranjak tidur.
Menurut penjelasan dari ayat diatas, bahwa orang yang setia melaksanakan shalat dan berusaha menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tidak akan berkeluh kesah menghadapi sesulit apapun kehidupan ini.
Kelompok orang yang tidak akan mengalami keluh kesah, yaitu (1) orang-orang yang memberikan sebagian hak kekayaannya kepada fakir miskin, (2) orang-orang yang membenarkan akan datangnya hari pembalasan, (3) orang-orang yang merasa takut akan siksaaan Allah, (4) orang-orang yang memelihara kemaluannya selain kepada istri-istrinya, (5) orang-orang yang memelihara amanat, (6) orang-orang yang selalu memberikan kesaksian yang benar.
Dikatakan juga bahwa shalat ideal ialah shalat yang amampu membentuk akhlaq al-karimah bagi pelakunya baik secara individual maupun secara social. Shalat yang seperti inilah yang secara psikologis akan mampu melahirkan keseimbangan batin dan ketahanan mental dalam menghadapi situasi kehidupan sesulit apapun.
Kelemahan manusia sebagai mahluk yang suka berkaluh kesah yang digambarkan dalam ayat diatas, sebetulnya sekaligus juga menjadi kelebihannya. Sebab, melalui kelemahan tersebut manusia mampu melakukan introspeksi diri dan akan selalu berusaha menutupi kelemahannya.
Karena itu, kelemahan ini tidak harus menjadi penghalang bagi manusia dalam memproses dirinya menuju ‘kesempurnaan’ dan kematangan sebagai mahluk yang telah dipercaya memikul amanat khilafah di muka bumi. Pesan substantifdarai ayat-ayat tersebut, Allah SWT. tidak bermaksud ‘mempermalukan’ manusia melalui sifat keluh kesahnya, melainkan bahwa shalat berikut indicator-indikator yag ditimbulkannya, adalah sebagai mi’raj mu’minin, sesuai nama surahnya, Al-Ma’arij. Selebohnya melalui ayat-ayat ini Allah SWT. mengajarkan kepada manusia tentang sifat sportif dan berlapang dada untuk menunujukan kelemahan dan kekuranagn serta menerima masukan dan kritikan dari orang lain sebagaian dari proses perbaikan dirinya.


  1. Q.S. Ar-Ruum (30) : Ayat  54

Tafsir / Penjelasan :
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi. Pernahkah kita berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam? Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu?
Manusia bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara makhluk-makhluk lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api pun manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung akan mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan mengubur manusia. dan api jika telah berkobar membara akan menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia. La haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.
  1. Q.S. Al-Ahzab (33) : Ayat 72
Tafsir / Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah melakukan komunikasi dengan menawarkan al-Amanat kepada langit, bumi dan gunung sebelum kemudian diterima oleh manusia.
Dalam Mufradat fi Ghorib Al-Qur’an, Raghib al-Isfahany mengartikan al-Amanat dengan akal, karena dengan akallah pengertia tauhid, keadilan, pelajaran huruf-huruf hijaiyah, segala yang dapat diketahui dan diperbuat manusia tentang keindahan. Dengan akal, manusia diunggulkan diatas mahluk-mahluk lain. Sedangkan al-Zamakhsyari lebih memilih makna ketaatan sambil mentakwilkan kata al-haml dalam rangka penolakan. Sementara Ibn Jarir al-Thabrani, didalam tafsirnya, memilih memaknai amanat didalam agama, dan amanat-amanat dalam kehidupan manusia.
Kata amanat alam bentuk tunggal muncul dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada QS. Al-Baqarah : 283, dalam kaitannya dengan pencatatan hutang:
”Kalau kamu dalam perjalanan dan kamu tidak menemukan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang, tetapi bila kedua belah pihak sudah saling mempercayai, hendaklah yang dipercayai menunaikan amanatnya.”
Apabila ktia memperhatikan kata amanat dengan kaitan kontekstualnya pada surat Al-Ahzab :72, ada beberapa qarinah yang membedakan artinya dengan arti amanat, yaitu : Pertama, sebagaiamana telah sering disinggung bahwa kata amanat pada ayat ini dalam bentuk tunggal dan diawali dengan al yang menunjukan kekhususan. Kedua, kata al-amanat dikaitkan dengan kata al-insan , bahwa al-amant itu ditawarkan kepada manusia dalam pengertian al-Insan dimana ia sendiri sanggup menerima dan memikulnya. Dan ketiga, langit, bumi, dan gunung-gunung yang untuk pertama kalinya menerima tawaran tersebut, semua menolaknya.
Setiap alam semesta selain manusia, berjalan dengan hokum alamnya secara terpaksa dan penuh kepatuhan, tanpa harus menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Seandainya langit menghujani bumi dengan gemuruh petirdan menahan turunnya hujan sehingga bumi rusak kekeringan tidak ada tanaman, atau seandainya langit berbaik hati menyirami bumi sehingga hidup kembali, maka langit sama sekali tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Sama halnya seandainya bumi berguncang merusak pemukiman dan segenap hidup, kemudian memuntahkan lahar panas dan mengahncurkan yang ada, atau dia berbaik hati dengan mengeluarkan barang-barang tambang yang berharga dan minyak yang melimpah sehingga penduduknya makmur sejahtera.
Hanya manusialah yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, yang menghasilkan pahala atau siksa. Tak seorang pun yang menanggung akibat perbuatan orang lain. Dan tidak satupun perbuatan yang tanpa balasan. In khairan fa khairan wa in syarran fa syarrun !.

  1. Q.S. Maryam (19) : Ayat 4 - 8
Tafsir / Penjelasan :
Ayat diatas menjelaskan bahwa Nabi Zakaria as. berdoa kepada Allah SWT. dengan suara lemah lembut. Inti doa Nabi Zakaria as. diatas adalah memohon dianugerahi seorang anak sebagai pewaris. Namun beliau memulai dengan mukadimah. Yaitu ; Pertama, menjelaskan keadaannya yang sudah demikian lemah dan tua, sehingga beliau benar-benar membutuhkan seorang anak. Beliau bagaikan menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan darura, dan Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Kasih pasti membantu siapapun  yang beraada dalam keadaan darurat. Kedua, Nabi Zakaria as. menggambarkan optimismenya dengan mengakui selama ini do’anya telah dikabulkan Allah SWT. sehingga Allah tidak pernah mengecewakannya. Ketiga, beliau mengajukan alas an mengapa beliau bermohon anak bukan selainnya, yakni karena rasa khawatir menghadapi masa depan.
Disisi lain beliau juga sadar, bahwa permohonan itu jika diukur dengan kebiasaan dan logika manusia, maka ia adalah sesuatu yang sangat jauhuntuk dapat diraih. Ini dicerminkan oleh pengakuannya bahwa istrinya mandul –sejak dahulu, yakni muda- sebagaimana dipahami dari kata (……...) kanat yang digunakan melukiskan keadaan istrinya. Namun demikian ia tidak berputus asa dari rahmatNya dan bahwa Allah kuasa mewujudkannya dengan cara-cara yang tidak terjangkau oleh nalar manusia, sebagaimana dipahami dari kata min ladunka, dari sisi-Mu.
Kata (……..) mawaliy adalah bentuk jamak dari kata (……) maula yang terambil dari kata (…..) waliya, yang pada mulanya bermakna dekat. Dari sini lahir aneka makna untuk kata tersebut antara lain penolong, dan kerabat. Yang dimaksud disini adalah kerabat dekat. Pewarisan yang dimaksud bukamlah warisan harta benda, tetapi pengetahuan. Bukankah para Nabi tidak mewariskan harta untuk keluarga mereka, dan apa yang mereka tinggalkan adalah untuk umatnya. Nabi Muhammad saw. bersabda :

” Para ulama adalah pewaris nabi ”

Pada ayat selanjutnya, terdapat kata (……..) samiyyan terambil dari kata (…….) as-simah, yakni tanda. Nama sesuatau adalah yang dijadikan tanda baginya, dari sini kata (…….) ism begitu pula kata samiya dipahami oleh banyak ulama dalam arti nama. Yakni Allah SWT. menyampaikan kepada Zakariya as. bahwa dia akan memperoleh seorang anak yang akan diberi nama oleh Allah dengan nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dikenal sebelumnya sebagai nama seorang manusia.
Penamaan anak nabi Zakaria as. itu (……) Yahya dalam bentuk kata kerja masa kini dan dating serta berarti hidup, mengandung isyarat bahwa sang anak akan hidup abadi selamanya, walau setelah wafat.  

  1. Q.S. An-Nisa (4) : Ayat 28 – 29
Tafsir / Penjelasan :
Manusia menganggap semua kebutuhan ini adalah fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara khusus. Kebutuhan manusia yang tanpa batas diciptakan dengan sengaja, agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap tanggal dan tempat kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu. Lebih jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan, ras, dan sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam, manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan" nya (daging, otot, tulang, jaringan saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak) cenderung meluruh. Bila manusia terdiri dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.Untuk senantiasa mengingatkan kepada Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca dingin, misalnya, ia mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya perlahan-lahan "jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk kesehatan yang baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat.

G.    Nilai-nilai Tarbawi
Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatiannya yang amat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti seluas-luasnya.[8] Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang secara normative-teologi ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan pada secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Secara normative-teologi, sumber ajaran islam, al-Qur’an dan al-Sunnah dapat diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup manusia didunia dan diakhirat,[9] amat memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan.
Demikian pula secara histories empiris, umat islam telah memainkan peranan yang amat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga kini masih dapat dirasakan.
Mengenai uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Merujuk tentang pembahasan tafsir dalam ayat  tersebut, kita mengetahui tentang :
2.  amanat Allah yang diberikan kepada manusia
3.  sifat manusia menurut Al-Qur’an
Oleh kaena itu, kita sebagai umat manusia yang serba kekurangan,  kita harus lebih berhati-hati dalm setiap menjalani aktifitas kita sehari-hari, agar apa yang kita akukan mendapatkan ridho Allah SWT, kita harus senantiasa berbesar hati dan  berhusnudhon kepada Allah sehingga kita tidak mudah putus asa sehingga kita bisa meminimalisir kelemahan yang kita punya.













H.    Kesimpulan
Manusia yang memiliki dimensi biologis dan psikologis mengalami evolusi perkembangan. Secara biologis manusia dilahirkan dengan penuh keterbatasan. Tidak seperti beberapa contoh hewan yang beberapa saat setelah dilahirkan oleh induknya bisa langsung berdiri dan berjalan. Organ-organ manusia ketika masih bayi begitu lemah dan rentan sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam bentuk latihan-latihan untuk bisa menyempurnakan evolusi biologisnya.
Oleh karena itu, kelemahan Manusia dalam Pandangan Al-Quran, Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan manusia sebagai maujud yang mulia dan tinggi, disisi lain juga menyebutkan kelemahan-kelemahannya, antara lain :

1. Lupa Tuhan
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS. Yunus:12

2. Bangga dan Sombong
Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana itu dariku" Sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga. QS. Hud:10
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku" Namun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". al-Fajr:15-16

3. Tidak Bersyukur
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih. Hud:9

4. Kikir dan Berkeluh-kesah
Katakanlah, "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan adalah manusia sangat kikir. al-Isra:100
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. al-Ma'arij:19-20

5. Lemah
Dan manusia diciptakan lemah. an-Nisaa:28

6. Melampaui Batas Ketika Merasa Cukup
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. al-'Alaq:6-7

7. Tergesa-gesa
Dan manusia memohon kejahatan sebagaimana dia memohon kebaikan. Dan adalah manusia bersifat trgesa-gesa. al-Isra:37 Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa. al-Ambiya:37
8. Suka Membantah
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. al-Kahfi:54

9. Zalim dan Tidak Bersyukur
Dia Dia tidak memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu mohonkan. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Ibrahim:34

10. Bodoh
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. al-Ahzab:72

11. Tergoda Kesenangan Dunia
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. Ali Imran:14

12. Menyuruh kepada Keburukan
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya diri itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali diri yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Yusuf:53















I.       Penutup
Demikianlah uraian tafsir dalam makalah sederhana ini, yang sebagian besarnya merupakan kutipan-kutipan dari sejumlah kitab tafsir, baik yang ditulis oleh ulama klasik (salaf) maupun kontemporer. Namun, apapun bentuknya, meskipun hanya ibarat sepercik air ditengah samudera yang amat luas, semoga saja makalah sederhana yang kami sajikan ini, bermanfaat bgai para pembaca.
Demikian besar harapan kami agar makalah yang sederhan ini, mendapat apresiasi dari para pembaca. Sehingga kami mendapat masukan positif yang membangun, untuk meningkatkan kualitas makalah kami ke depan. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih atas segala perhatian. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing kami, atas segala motivasi dan apresiasinya. 
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah kita menyerahkan segala usaha dan karya kita dan semoga Dia selalu memberikan taufiq serta hidayah-Nya kepada kita terutama dalam usaha memahami dan mengamalkan Al-Qur’an ini.
Aamiin..




DAFTAR PUSTAKA


§      Al-Qur'anulkarim
§      Anwar, Rosihon. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
§      DR. H. Abuddin Nata, MA. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
§      Hadits Bukhori dan Muslim
§      http://alkasabi.multiply.com/journal/item/32 (tgl. akses 10 Okt. 2009)
§      http://bukansuperstar.com/tag/kelemahan-manusia (tgl. akses 12 Okt. 2009)
§      http://one.indoskripsi.com (tgl. akses 7 Okt. 2009)
§      Kholil, Moenawar. 1985. Al-Qur’an Dari Masa ke Masa. Solo: C.V Ramadhani.
§      M. Quraish Shihab. Cet. VII, 2007. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta : PT. Lentera Hati.
§      Nanang, Gojali, M.Ag. 2004. Manusia, Pendidikan, dan Sains. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
§      Tim Penerjemah Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia,










[1] yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
[2] yang dimaksud oleh Zakaria dengan mawali ialah orang-orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik, Karena tidak seorangpun diantara mereka yang dapat dipercayainva, oleh sebab itu dia meminta dianugerahi seorang anak.
[3] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila Telah cukup syarat-syaratnya.
[4] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
[5] Prof. DR. H. MD. Dahlan. Asbabun Nuzul. Cet. Ke-10. Hal, 12
[6] Muhammad bin Ahmad Al-Anshory Al-Qurthuby, Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an. (jilid XII; KAiro ; Dar Al-Kitab Al-Araby, 1967), hal. 94
[7] Ibid
[8] Maksudnya ialah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah, melainkan juga informal an non formal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu dan keajlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, mulai lahir hingga akhir hayat, menggunakan sarana apa saja, dan dengan cara apa saja.
[9] Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan Imam Malik, Rasulullah SAW menegaskan : ”Aku tinggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang dijamin kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul (al-Hadis).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar