MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas
struktur
Mata kuliah : Tafsir TarbawyDosen pembimbing : Saifuddin,
M.Ag
Disusun oleh :
Kelompok 2
Denisa (58461164)
Minkhatul Maula (58461179)
Muhamad Markina (58461180)
Yeni Anggraeni (58461196)
TARBIYAH / IPA BIO-A / III
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI
2009
PERCAYA DIRI DAN TIDAK MUDAH PUTUS ASA
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
I.
LATAR BELAKANG
Allah berfirman,
"… Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka snediri….
(Ar-Ra'd:11)
Ayat Al-Qur'an diatas adalah hukum perubahan dalam
kehidupan di dunia. Oleh karenanya, keadaan kita tidak akan berubah dari satu
kondisi menjadi kondisi lain, kecuali dengan peran tangan kita sendiri.
Selama kita tidak mengenal hukum
perubahan ini dengan baik, maka segala upaya kita untuk mengatasi rasa cemas
atau agar terbebas dari kesusahan, tidak akan berguna. kita tidak akan mampu
terbebas dari rasa cemas kecuali jika kita sendiri bersikeras untuk mengatasi
hal ini. Kita harus berusaha untuk mencari jalan keluar agar terbebas dari rasa
itu. Untuk itulah perlu adanya kesadaran untuk merubah diri, salah satunya
dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan tidak mudah putus asa.
II.
PERCAYA DIRI DAN TIDAK MUDAH PUTUS ASA
Sentral kajian
QS. ALBAQARAH [2] : 223
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ÌÏe±o0ur úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ
Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.
QS YUSUF [12] : 87
¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya : Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".
QS AL IMRAN [3] : 82
`yJsù 4¯<uqs? y÷èt/ Ï9ºs Í´¯»s9'ré'sù ãNèd cqà)Å¡»xÿø9$# ÇÑËÈ
Artinya : Barang siapa yang berpaling sesudah itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
QS AL-ZALZALAH [99] : 7-8
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt ÇÑÈ
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
QS AL HIJR [15] : 51-52
øÎ) !9# 4 y7ù=Ï? àM»t#uä É=»tGÅ6ø9$# 5b#uäöè%ur &ûüÎ7B ÇÊÈ (#qè=yzy Ïmøn=tã (#qä9$s)sù $VJ»n=y tA$s% $¯RÎ) öNä3ZÏB tbqè=Å_ur ÇÎËÈ
Artinya : Alif,
laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang
sempurna), Yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. Ketika mereka masuk ke
tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". berkata Ibrahim:
"Sesungguhnya Kami merasa takut kepadamu".
QS AL-HIJR
[15] : 53-56
(#qä9$s% w ö@y_öqs? $¯RÎ) x8çÅe³u;çR AO»n=äóÎ/ 5OÎ=tæ ÇÎÌÈ tA$s% ÎTqßJè?ö¤±o0r& #n?tã br& zÓÍ_¡¡¨B çy9Å6ø9$# zOÎ6sù tbrãÏe±t6è? ÇÎÍÈ (#qä9$s% y7»tRö¤±o0 Èd,ysø9$$Î/ xsù `ä3s? z`ÏiB úüÏÜÏZ»s)ø9$# ÇÎÎÈ tA$s% `tBur äÝuZø)t `ÏB ÏpyJôm§ ÿ¾ÏmÎn/u wÎ) cq9!$Ò9$# ÇÎÏÈ
Artinya : Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut,
Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang)
anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim". Berkata Ibrahim:
"Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku Padahal usiaku telah lanjut,
Maka dengan cara Bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan
ini?" Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu
dengan benar, Maka janganlah kamu Termasuk orang-orang yang berputus asa".
Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya,
kecuali orang-orang yang sesat".
Uraian
QS. ALBAQARAH [2] : 223
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ÌÏe±o0ur úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ
Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.
TAFSIRU AL MUFRADAT
Al-Harts : tempat
bercocok tanam atau tanah yang bisa ditanami. Wanita di ibaratkan dengan tanah
karena ia tempat tumbuhnya anak, sebagaimana tanah tempat bercocok tanam.
Anna syi'tum : sesuka
hatimu, dengan berdiri, duduk, telentang, dari depan atau dari belakang. Tetapi
yang kamu datangi hanya satu, yaitu tempat kamu bercocok tanam.[1]
Pengertian Secara Ijmali
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï©
Tidak ada
dosa bagi kalian untuk mendatangi istri – istri kalian dengan cara apapun yang
kalian sukai, jika hal ini kalian lakukan untuk mendapatkan keturunan dan
kalian melakukannya pada tempat yang sebenarnya, sebab, syari'at agama tidak bermaksud
memberati kalian dan melarang kalian untuk menikmati kelezatan ini. Sebaliknya,
syari'at justru ingin mendatangkan kebaikan dan manfaat pada kalian., serta
tidak menghendaki kerusakan pada kalian dengan meletakan sesuatu tidak pada
tempatnya.[2]
Dalam tafsiran diatas dapat kita
ambil hikmah dalam menjaga hubungan. Menurut beberapa orang menjaga hubungan itu
lebih sulit daripada membuka hubungan baru. Alasannya karena hubungan itu
bersifat dinamis, seperti makhluk hidup. Dan untuk menjaga hubungan itu tetap
harmonis adalah dengan menjaga kesepakatan. Dalam tafsir Fizhilalil Quran karya
Sayyid Qutb. Beliau mengungkapkan bahwa dalam ayat tersebut terkandung
isyarat-isyarat yang menunjukan tabiat hubungan dari satu segi dan menunjukan tujuan
serta sasarannya. Memang segi ini tidak meliputi semua hubungan antara suami
istri. Hal ini disebutkan dalam beberapa tempat lain sesuai dengan konteksnya.
Ayat ini datang didepan ayat
sebelumnya sebagai penjelasan yang menerangkan hikmah pen-syari'an menggauli
wanita, yaitu untuk menjaga kelestraian jenis manusia malalui kelahiran,
sebagaimana tumbuh-tumbuhan dilestarikan melalui penyemaian dan penanaman
kembali. Itulah hikmah yang terkandung didalamnya dan bukan sekedar untuk
memperoleh kelezatan semata – mata. Oleh karena itu, kita (kaum adam) dilarang
mendatangi wanita haidh, sebab dalam kondisi seperti itu ia belum siap untuk
menerima penyemaian bibit dan mereka juga dilarang mendatangi wanita tidak pada
tempat yang dapat melahirkan keturunan.
(#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{4 (#qà)¨?$#ur ©!$#
Apa yang
dianugerahkan kepada diri kita adalah sesuatu yang jelas mendatangkan manfaat
bagi kehidupan kita sejak awalnya. Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi
mnausia untuk masa depannya, melebihi seorang anak yang berbakti kepadanya dan
memberikan manfaat untuk agama dan dunianya, sebagaimana yang dijelaskan oleh
hadist Nabi saw. yang berbunyi :
اِنَّ
الْوَلَدَ الصَّالِحَ مِنْ عَمَلِ الْمَرْءِ الَّذِيْ يَنْفَعُهُ بَعْدَمَوْتِهِ
Sesungguhnya, anak yang saleh adalah
hasil perbuatan mausia yang akan mendatangkan manfaat baginya setelah matinya.
Seorang anak
tidak akan menjadi demikian, kecuali jika kedua orang tuanya mendidik dan
mengasuhnya dengan baik beserta mengarahkannya untuk menjadi manusia yang
berahlak mulia.
Untuk
mewujudkan hal itu, dibutuhkan seorang wanita pilihan yang bisa menyayangi
anaknya dalam ikut mengemban tugas suaminya mendidik anaknya dengan akhlak dan
perbuatannya yang baik. Sehingga menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Sebab
seorang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, ia akan selalu memperhatikan
gerak gerik dan semua tingkah laku ibunya, kemudian ia akan berusaha menirunya.
Jika ia memilki akhlak yang baik, maka anaknya akan tumbuh dengan akhlak yang
baik dan ia akan memilki sifat-sifat terpuji. Sebagaimana seorang petani yang
hendak menyemaikan bibit, maka ia memilih tanah yang bisa mendatangkan hasil
yang baik dan banyak.[3]
Seperti yang diungkapkan para ahli
bahwa untuk menumbuhkan akhlak yang baik termasuk didalamnya menumbuhkan rasa
percaya diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang
berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak
faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun factor pola asuh dan
interaksi di usia dini, merupakan factor yang amat mendasar bagi pembentukan akhlak
yang baik dan rasa percya diri. Sikap orang tua, akan diterima oleh anak sesuai
persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukan kasih, perhatian,
penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan
anak, akan membangkitkan rasa percaya pada anak tersebut. Anak akan merasa
bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata orang tuanya. Dan, meskipun ia
melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah
dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada
prestassi atau perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya. Dikemudian hari
anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya
dan mempunyai harapan yang realistic terhadap dirinya seperti orang tuanya meletakan harapan
realistic terhadap dirinya
Kemudian Firman Allah "wattaqu'l-Lah"
artinya : takutlah kepada Allah, jangan kalian menyalahgunakan kedudukan wanita
sebagai ladang kalian dengan mendatangi mereka pada saat mereka sedang dalam
keadaan haidh atau mendatangi mereka pada tempat yang tidak semestinya atau
memilih wanita yang buruk akhlak sebagai istri, yang akan merusakan pendidikan
anak-anaknya karena kurangnya perhatiaan atau karena memberikan contoh yang tidak
baik kepada mereka.
Ayat berikutnya merupakan
ancaman terhadap orang-orang yang melanggar perintah-Nya :
(#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B
Ketahuilah,
bahwa kelak kalian akan menemui Tuhan kalian, dan ia akan membalas amal
perbuatan kalian yang telah melanggar dan menentang perintah –Nya dengan
siksa-Nya yang sangat pedih.
ÌÏe±o0ur úüÏZÏB÷sßJø9$#
Berikanlah
kabar gembira kepada kaum mu'min yang telah menaati batasan-batasan agama dan
mengikuti petunjuk Tuhan mereka dalam masalah mendatangi wanita dan mendidik
anak-anaknya, bahwa mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Barang siapa memilih untuk dirinya istri yang saleh dan berlaku baik dalam
mendidik anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya, maka ia akan merasa
bahagia dengan keadaannya, keluarga dan anak-anaknya.[4]
Adapun
orang-orang yang memburu kepuasan nafsu syahwatnya, ia telah menyimpang dari
hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah terhadap hamba-hambanya-Nya. ia
tidak akan selamat dari malapetaka di dunia dan akhirat nanti, ia akan berada
dalam keadaan yang lebih menyedihkan dan lebih sesat jalannya.
Kebahagiaan
yang sesungguhnya adalah, melengkapi diri dengan iman yang benar dan akhlak
yang utama, berhati tenang dalam kondisi senang ataupun susah dan menyerahkan
segala persoalan kepada Yang Maha Pencipta setelah berusaha sekuat tenaga dan
mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Itulah tawakal yang diperintahkan oleh
Allah kepada kita semua.
QS YUSUF [12] : 87
¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya : Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".
TAFSIRU AL MUFRADAT
Tahassasu : cari tahulah tentang yusuf dengan indera kalian,
seperti pendengaran dan penglihatan.
Ar-rauh : bernafas. araha i'insanu berarti manusia bernafas :
kemudian digunakan dalam arti melapangkan dari kesusahan.[5]
Penjelasan
¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur
Wahai
anak-anakku, pergilah kalian ke negeri mesir, dan cari tahulah berita tentang
mereka berdua dengan pendengaran dan penglihatan kalian, sehingga kalian
benar-benar yakin tentang perkara mereka.[6]
kata(تحسّسوا) tahassasu
terambil dari kata(تحسّس) tahassasa yang asalnya dari kata (حس) hiss yang
bermakna indera. Yang dimaksud disini adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk
mencari sesuatu, baik berita maupun barang, baik terang-terangan maupun
sembunyi-sembunyi, untuk kebaikan maupun keburukan. Ia berbeda dengan kata تجسّس)) tajassus yang digunakan untuk
memata-matai sesuatu, mencari beritanya yang buruk secara sembunyi-sembunyi.
wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$#
Dan janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah, Dia akan melapangkan kesusahan ini.
Sehingga, jiwa menjadi tentram dan hati menjadi tenang.
Kata rauh ada
yang memahaminya bermakna nafas. Ini karena kesedihan dan kesusahan
menyempitkan dada dan menyesakan nafas. Sehingga, bila seseorang dapat bernafas
dengan baik, maka dada menjadi lapang. Dari sini lapangnya dada diserupakan
dengan hilangnya kesedihan dan tertanggulanginya problema. Ada juga yang
memahami kata rauh seakar dengan kata istirahah, yakni hati beristirahat dan
tenang. Dengan demikian, ayat ini seakan-akan jangan berputus asa dari
datangnya ketenagan yang bersumber dari Allah.
Nabi Ya'kub
as pada ayat diatas hanya memerintahkan mencari berita Yusuf as dan seorang
saudaranya yaitu Benyamin. Beliau tidak menyuruh anaknya tertua. ini agaknya
karena diketahui keberadaanya di mesir
dan itu atas kemauan sendiri. Berbeda dengan Yusuf as yang dianggap hilang atau
Benyamin yang mereka duga berada di tangan orang lain dan diperbudak.[7]
¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$#
Sesungguhnya
tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir kepada
kekuasaan dan kelapangan Rahmat–Nya. Serta tidak mengetahui bahwa Allah
mempunyai kebijaksanaan yang sempurna dan kasih sayang yang halus pada
hamba-hamba-Nya. Sehingga, apabila mereka tidak berhasil memperoleh apa yang
mereka inginkan, seperti menyingkirkan malapetaka atau mengambil manfaat, maka
mereka membunuh dirinya sendiri karena bersedih dan berduka cita.
Adapun oarng
yang benar-benar beriman, tidak akan dibuat berputus asa oleh musibah dan
kekuasaan dari rahmat Tuhannya, dan bahwa Dia akan melapangkan kesusahannya.
Oleh karena
itu , ibnu Abbas berkata : "
Sesungguhnya orang yang beriman akan menyebut kebaikan-kebaikan Allah Ta'ala
karena kebaikan yang diharapkannya diwaktu mendapat musibah dan memuji-Nya
diwaktu lapang". [8]
Dalam hal ini kaitannya adalah dalam
mensyukuri nikmat Tuhan, mensyukuri nikmat Tuhan tentu tidak cukup dengan
mengucapkan "Alhamdulillah ". Syukur yang kita butuhkan disini
menggunakannya seoptimal mungkin, dengan cara-cara yang benar, dan untuk meraih
tujuan atau prestasi. Pertama, temukan dulu. Sidney Moon dalam
konferensi tahunan ke delapan tentang bakat di Yunani (2002) menjelaskan bahwa
supaya bakat seseorang itu muncul dan bermanfaat bagi orang itu, maka ini
menuntut tiga hal, yaitu:
· Kemampuan memahami diri, (tahu
kelebihan atau kelemahan)
· Kemampuan membuat keputusan
hidup yang bagus (berfikir positif, ber-aksi positif, bergaul di lingkungan
kondusif)
· Kemampuan menaati
disiplin-diri (kemampuan, ketekunan, kegigihan, dst)
Kedua temukan sasaran yang cocok. Sasaran
ini bisa berbentuk apa yang ingin kita raih.
Ketiga, munculkan motivasi positif dari
dalam diri. Artinya disini memiliki niat yang positif seperti
mengaktualisasikan bakat untuk mengekplorasikan diri, mensyukuri nikmat Tuhan,
melawan kekufuran.
Dalam suatu hadis diriwayatkan.
مَنْ عَرَفَ
نَفْسَهُ عَرَفَ رَبَّهُ
Siapa yang mengenali dirinya maka ia akan
mengenal Tuhannya
Kita tahu bahwa setiap orang sudah
dibekali perangkat untuk menangkap petunjuk, termasuk disini adalah perangkat
yang menunjukan kita tentang Tuhan. Perangkat petunjuk ini antara lain : naluri
perasaan, akal pikiran, suara hati, pancaindra, agama atau dalil-dalil kitab suci,
peristiwa dalam kehidupan atau realitas.
Semua perangkat itu bisa digunakan
untuk menemukan Tuhan. Syaratnya disini adalah apakah kita akan menggunakannya
atau akan membiarkannya. Jika kita mau menggunakannya untuk proses penyerapan,
maka semuanya akan menunjukan pada kesadaran dan pemahaman. Tetapi bila tidak
digunakan, tidak akan menghasilkan apa-apa. Sesuai dengan hadist tersebut yang
mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya dalam kondisi
sesulit apapun kita, kita tidak teputus dari rahmat Allah.
Seperti apa bentuk dan proses
menemukan Tuhan? Tentu penjelasannya adalah memperkuat keimanan pada Tuhan.
Kalau kita mengimaninya maka Tuhan akan kita temukan. Karenanya sebutan untuk
orang yang tidak beriman adalah kafir. Kafir bukanlah orang yang tidak punya Tuhan
atau buakanlah orang yang telah kehilangan Tuhan, melainkan orang yang
mengingkari adanya Tuhan. Mengingkari artinya batin kita menolak untuk
mempercayainya atau mengimaninya. Nah, terkait dengan pembahasan kita, jika
kita ingin melangkah lebih percaya diri maka tingkatkan keimanan kita. Semua
orang yang telah berhasil melangkah dengan keyakinan yang tinggi, mereka
mempunyai keimanan terhadap Tuhan.
Salah satu Firman Allah yang
menerangkan bahwa seseorang tidak bisa menemukan tuhan yaitu
QS AL IMRAN [3] : 82
`yJsù 4¯<uqs? y÷èt/ Ï9ºs Í´¯»s9'ré'sù ãNèd cqà)Å¡»xÿø9$# ÇÑËÈ
Artinya : Barang siapa yang berpaling sesudah itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
Barang siapa berpaling sesudah
diambil perjanjian untuk persatuan ini, kemudian menjadikan agama sebagai alat
pemecah belah dan permusuhan, disamping tidak mau beriman kepada Nabi akhir
zaman yang membenarkan pendahulunya, kemudian tidak mau menolongnya, maka
mereka adalah orang–orang yang ingkar lagi fasik. Orang-orang ahlul kitab yang mengingkari
kenabian Nabi Muhammad adalah orang–orang
yang keluar dari perjanjian Allah dan tukang merusak perjanjian. jadi sama
sekali mereka adalah tidak dalam agama yang benar.[9]
Yakni yang
mantap kekufurannya. Ini berarti bahwa keputusaasaan identik dengan kekufuran
yang besar. Seseorang yang kekufurannya belum sampai ke peringkat itu, maka
biasanya ia tidak kehilangan harapan. Sebaliknya, semakin mantap keimanan
seseorang, semakin besar pula harapannya. Bahwa keputusasaan hanya layak bagi
manusia durhaka, karena mereka menduga bahwa kenikmatan yang hilang tidak akan
kembali lagi. Padahal sesungguhnya kenikmatan yang diperoleh sebelumnya adalah
berkat anugerah Allah juga. Sedang Allah swt. Maha Hidup dan terus menerus
wujud. Allah swt. dapat menghadirkan kembali apa yang telah lenyap, bahkan
menambahnya sehingga tidak ada tempat bagi keputusasaan bagi yang beriman.
Kenapa kita perlu meningkatkan iman? Alasannya,
Pertama, adanya hukum pembalasan akhir.
Menurut praktek hidup, hukum pembalasan akhir
itu memiliki cara kerja yang lebih tepat dan pasti. Tuhan punya cara
sendiri dalam membalas perbuatan baik kita.
Seperti firman Allah dalam QS AL-ZALZALAH [99] : 7-8
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt ÇÑÈ
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Begitu juga kalau perbuatan baik kita
dikhianati orang. Bukan berarti hilang total akibat penghianatan. Akan tetapi
orang lain yang berbuat jahat akan mendapatkan balasannya dan kita pun selama
kita tidak kapok berbuat baik maka akan dibalas juga. Iman berfungsi agar kita
tidak mudah kapok dalam berbuat baik dan agar kita tetap yakin akan adanya
balasan yang kita dapatkan. Iman juga sebagai motivator dan energizer. Dengan
begitu hidup kita makin percaya diri.
Kedua, adanya ujian jiwa. Dalam
prakteknya, setiap jiwa manusia itu akan mendapatkan ujian. Ujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah kita orang kuat ataukah orang lemah. Orang
yang imannya kuat, tidak mudah hilang kendali saat hidupnya enak, dan tidak
mudah hancur jiwanya saat hidupnya tidak enak. Orang yang imannya kuat lebih
percaya diri dalam mengahadapi realitas.
QS AL HIJR [15] : 51-52
øÎ) !9# 4 y7ù=Ï? àM»t#uä É=»tGÅ6ø9$# 5b#uäöè%ur &ûüÎ7B ÇÊÈ (#qè=yzy Ïmøn=tã (#qä9$s)sù $VJ»n=y tA$s% $¯RÎ) öNä3ZÏB tbqè=Å_ur ÇÎËÈ
Artinya : Alif,
laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang
sempurna), Yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. Ketika mereka masuk ke
tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". berkata Ibrahim:
"Sesungguhnya Kami merasa takut kepadamu".
Pendapat Sayyid qutb tentang ayat ayat ini adalah penjelasan tentang
makna agar orang-orang berakal mengambil pelajaran .
Ibn Asyur memahami dari perintah ayat ini untuk mengabarkan tentang
tamu-tamu ibrahim setelah sebelumnya telah diperintahkan mengabarkan tentang
rahmat dan siksa illahi sebagai salah satu bukti bahwa apa yang dialami oleh
Nabi Ibrahim as itu merupakan rahmat Allah yang melimpah kepada hamba-hamba-Nya
yang taat.
Dapat juga dikatakan bahwa setelah memerintahkan untuk menyampaikan
salah satu hakkikat yang sangat penting menyangkut sifat-sfat Allah swt, kini
Rasul saw, diperintahkan untuk menyampaikan hakikat penting lainnya menyangkut
Nabi Ibrahim as. bapak para nabi, serta Pengumandang tauhid, serta tokoh yang
sangat dihormati oleh kaum musyrikin Makkah bahkan juga oleh orang-orang yahudi dan nasrani.
Berita yang disampaikan tentang Nabi Ibrahim as itu berkaitan dengan sikap kaum
musyrikin yang demikian berani menuntut turunnya malaikat. Disini dinyatakan dan kabarkan juga kepada mereka tentang
tamu-tamu Ibrahim yakni para malaikat yang datang dalam bentuk tamu. Ketika mereka
masuk ketempatnya yakni kerumahnya, maka pada saat masuk itu mereka mengucapkan
salam. Ibrahim berkata setelah menjawab salam tamu-tamunya itu, yakni berkata
dengan bahasa lain atau menampilkan sikap yang menyatakn bahwa : sesungguhnya
kami yakni aku bersama istriku merasa takut kepada kamu.[10]
Selanjutnya
dalam QS AL-HIJR [15] : 53-56
(#qä9$s% w ö@y_öqs? $¯RÎ) x8çÅe³u;çR AO»n=äóÎ/ 5OÎ=tæ ÇÎÌÈ tA$s% ÎTqßJè?ö¤±o0r& #n?tã br& zÓÍ_¡¡¨B çy9Å6ø9$# zOÎ6sù tbrãÏe±t6è? ÇÎÍÈ (#qä9$s% y7»tRö¤±o0 Èd,ysø9$$Î/ xsù `ä3s? z`ÏiB úüÏÜÏZ»s)ø9$# ÇÎÎÈ tA$s% `tBur äÝuZø)t `ÏB ÏpyJôm§ ÿ¾ÏmÎn/u wÎ) cq9!$Ò9$# ÇÎÏÈ
Artinya : Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut,
Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang)
anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim". Berkata Ibrahim:
"Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku Padahal usiaku telah lanjut,
Maka dengan cara Bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan
ini?" Mereka menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu
dengan benar, Maka janganlah kamu Termasuk orang-orang yang berputus asa".
Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya,
kecuali orang-orang yang sesat".
Setelah tamu-tamu yaitu para malaikat
itu melihat gelagat takut atau mendengar penyampaian nabi Ibrahim as. bahwa
beliau dengan istrinya merasa takut, maka mereka berdua berkata janganlah
engkau, wahai nabi Ibrahim as, merasa takut dengan kedatangan kami dan karena
kami tidak menyentuh makanan yang engkau hidangkan, sesungguhnya kami datang
menggembiraanmu yakni menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran
seorang anak laki-laki yang kuat bukan seperti anak yang lahir dari orang tua
bangka yang kekurangan gizi. Anak itu akan tumbuh menjadi dewasa dan akan menajadi
seorang yang alim yakni sangat dalam pengetahuannya. Anak yang dimaksud adalah
Nabi Ishaq as.
ayat ini menjelaskan bahwa berita
gembira itu dsampaikan kepada Nabi Ibrahim as., para malaikat tidak melarang
istri Nabi Ibrahim as. takut, tetapi melarang Nabi Ibrahim as. sendiri
(janganlah engkau merasa takut). sementara para ulama menggarisbawahi bahwa
Nabi Ibrahim as. sam sekali tidak meragukan kekuasaan Allah. beliau hnaya
terheran-heran dan merasa sangat aneh dan takjub juka dia yang telah tua dan
istrinya yang dinilai telah mandul itu masih dapat memperoleh keturunan. makna
ini sejalan dengan ucapan istri Nabi Ibrahim as. itu yang diabadikan pada QS
HUUD [11]:72.
ôMs9$s% #ÓtLn=÷uq»t à$Î!r&uä O$tRr&ur ×qàftã #x»ydur Í?÷èt/ $¸øx© ( cÎ) #x»yd íäóÓy´s9 Ò=Éftã
Artinya : Isterinya
berkata: "Sungguh mengherankan, Apakah aku akan melahirkan anak Padahal
aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam Keadaan yang sudah
tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."
Dengan
demikian, Nabi mulia itu seakan-akan berkata,"aku tidak pernah berputus
asa, aku hanya mempertanyakan tentang hal itu, karena aku sangat gembira
mendengarnya tetapi tercengang bagaimana berita gembira itu dapat terlaksana,
karena itu aku bretanya." [11]
Bagi yang mengerti tentu akan melihat
hidup ini hanya bagaikan permainan. Hidup juga adalah sebuah sebuah sistem yang
dahsyat yang menaungi anak adam dari dulu hingga kini dan entah sampai kapan.
Namun sedahsyat apa pun sistem ini ia tetap hanyalah permainan kecil diantara
permainan-permainan yang lebih tak terkatakan dalam semesta. Sebuah pemainan
dimana setiap pesertanya sedang diajak untuk menanti kematian dengan
performance terbaik yang mereka miliki.
Dalam permainan yang namanya berhasil
dan gagal, menang dan kalah tentu ada. Bahkan banyak yang berkata bahwa “hidup
hanya menunda kekalahan”. Kita boleh gagal, kita boleh salah, pun boleh
tertimpa musibah. Namun kita tidak boleh kalah. Setiap kegagalan tadi hendaknya
kita jadikan cemeti untuk membangkitkan semangat baru. Kita tidak boleh
menyerah kepada kelemahan kita, kita tidak boleh menyerah kepada tantangan
hidup; kita juga tak boleh menyerah kepada keterbatasan kita. Kita harus tetap
melawan, menembus gelap, supaya kita bisa menjemput fajar. Sebab keberhasilah
adalah piala yang direbut, bukan kado yang dihadiahkan begitu saja. Sedangkan
menyerah dalam keputusasaan bukanlah bagian dari proses memperebutkan
keberhasilan itu. Bahkan ia adalah racun yang menggerogoti cita-cita. Sehingga
jadilah tubuh manusia tak lebih seperti bangkai yang mulai membusuk.
Maka
tak ada alasan bagi kaum mukminin untuk berputus-asa. Walau kita melihat
potensi-potensi Islam saat ini hanya bagaikan pedang tajam nan tangguh di
tangan seorang pengecut yang tewas dengan pedangnya sendiri. Walau kita saat
ini dijajah dengan potensi kita sendiri. Saat ini kita tengah gagal. Belum
berhasil merubah bongkahan es potensi itu, agar ia menjelma jadi gelombang
dahsyat yang mengarusi peradaban lain. Namun ingat, kita belum kalah dan tak
boleh kalah. Tak pernah pula kita kenal yang namanya putus-asa karena pernah
gagal. Bagi kita kegagalan hanyalah semacam pemantik untuk meledakkan seluruh
potensi baru yang terpendam dalam diri kita.
Nilai-nilai ketarbawiyan
Pertama, optimisme adalah doktrin hidup yang
mengajarkan kita untuk menyakini adanya kehidupan yang lebih bagus buat kita
(punya harapan). Orang optimis adalah orang yang yakin (dengan alasan-alasan
yang dimiliknya), bahwa ada kehidupan yang lebih bagus di hari esok
Kedua, optimisme berarti kecenderungan
batin untuk merencanakan aksi, peristiwa atau hasil yang lebih bagus. Optimisme
berarti menjalankan apa yang kita yakini atau apa yang dibutuhkan oleh harapan
kita.
Optimis berarti kita menyakini adanya
kehidupan yang lebih bagus dan keyakinan itu kita gunakan untuk menjalankan
aksi yang lebih bagus guna meraih hasil yang lebih bagus. Kalau kita hanya
yakin namun tidak kita gunakan untuk melakukan aksi untuk membuktikan keyakinan
itu, ini berarti optimisme kita masih kurang. Bahkan boleh jadi keyakinan itu
hanya sebuah halusinasi atau delusi. Optimisme dalam prakteknya sangat
diperlukan. Ini antara lain dengan alasan-alasan : Energi positif (dorongan),
kalau bicara harapan sebatas harapan tentunya kita sudah tahu kalau harapan itu
tidak bisa mengubah apa-apa. Lalu untuk apa kita membutuhkan harapan
(optimisme) ? Untuk menciptakan langkah dan hasil yang lebih bagus dibutuhkan
harapan yang lebih bagus agar energinya lebih bagus. Memiliki harapan yang
lebih bagus akan memunculkan energi dorongan yang lebih bagus.
Perlawanan. Tingkat perlawanan seseorang
terhadap masalah atau hambatan yang dihadapinya juga terkait dengan tingkat
keoptimisannya orang dengan optimisme yang kuat biasanya punya perlawanan yang
kuat untuk menyelesaikan masalah atau hambatan. Sebaliknya, orang dengan
optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang lebih
rendah, cenderung lebih mudah pasrah pada realitas atau keadaan ketimbang
memperjuangkannya.
System pendukung, harapan optimisme juga
berfungsi sebagai system pendukung. Kalau kita menginginkan keberhasilan, lalu
kita berfikir berhasil, punya kemuan untuk berhasil, punya sikap yang
dibutuhkan untuk berhasil dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk
keberhasilan itu, maka logikanya kita pasti berhasil. Soal kapannya itu urusan
lain.
III. PERTANYAAN
DAN JAWABAN
1.
Apa nilai-nilai ketarbawiyan dari ayat-ayat tersebut ?
(mala)
Jawaban :
Optimis berarti kita menyakini adanya kehidupan yang lebih
bagus dan keyakinan itu kita gunakan untuk menjalankan aksi yang lebih bagus
guna meraih hasil yang lebih bagus. Kalau kita hanya yakin namun tidak kita
gunakan untuk melakukan aksi untuk membuktikan keyakinan itu, ini berarti optimisme
kita masih kurang. Bahkan boleh jadi keyakinan itu hanya sebuah halusinasi atau
delusi.
2.
Apa yang melandasi kita untuk tidak bersikap
berlebih-lebihan ? (nur laili)
Jawaban :
Berlebih-lebihan itu dapat
menimbulkan kemubaziran, jadi dasarnya yaitu
ان
المبذرين كانوا احوان الشياطين
3.
Apa perbedaan antara orang yang sombong dengan orang
yang overcanfident ? (mas ade)
Jawaban :
Segala sesuatu yang berlebih itu
biasanya tidak baik termasuk terlalu percaya diri. Dari beberapa kasus yang
muncul, orang yang terlalu percaya diri berbeda dengan orang yang percaya
dirinya bagus. Orang yang over percaya
diri biasanya mempunyai penilaian berlebihan terhadap dirinya. Hal ini bisa
menimbulkan perlilaku yang tidak mendukung peningkatan prestasi. Sikap dan
perilaku itu antara lain :
a)
Rogansi, kita merendahkan orang lain. Arogansi seperti
ini di tolak oleh semua tatanan nilai di dunia ini.
b)
Merasa paling benar sendiri dan tidak bisa menerima
kebenaran orang lain.
c)
Menolak opini orang lain / tidak bisa mendengarkan
pendapat orang lain.
d)
Memiliki model komunikasi yang agresif, otoriter,
bergaya memaksa dan tanpa empati.
e)
Kurang perhitungan dengan bahaya potensial atau kurang
perhatian terhadap hal-hal yang detail.
f)
Kurang bisa mempercayai kapasitas orang lain atau
terlalu perfeksionis dalam menilai orang lain.
g)
Mempunyai penilaian diri yang "over",
mematok imbalan yang tinggi, terlalu berterus terang, menuntut diperlakukan
secara terlalu idealis.
Ciri-ciri orang sombong :
a)
Orang sombong menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain.
b)
Orang sombong seolah selalu tahu apa yang paling baik
untuk orang lain.
c)
Orang sombong biasanya tajam terhadap orang yang ia
lihat sebagai saingan.
d)
Orang sombong sulit dan bahkan tidak pernah mengakui
kesalahan mereka.
e)
Orang sombong biasanya suka jika orang lain melakukan
kesalahan.
f)
Orang sombong biasanya sangat peduli denagn pendapat
orang lain terhadap dirinya.
g)
Orang sombong biasanya suka membanggakan dirinya.
4.
Bagaimana untuk menumbuhkan rasa PD ? (mas agus)
Jawaban :
Beberapa tips singkat untuk meningkatkan kepercayaan diri kader adalah ;
a) Percaya Bahwa Kita Mampu.
Meyakini pada diri kita bahwa kita mampu untuk melakukan sesuatu. Percaya pada
potensi yang sudah Allah berikan dan percaya bahwa kita memiliki banyak teman
dan sahabat yang akan selalu siap untuk mendukung kita. Seseorang biasanya pula
menjadi tidak percaya diri ketika ia tidak cukup yakin akan kemampuannya, maka
meningkatkan kemampuan, kepahaman dan pengalaman diri menjadi cara yang tepat
untuk meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri.
b) You are special !!!.
Setiap manusia, Allah ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan Allah pula
memberikan potensi serta bakat yang berlimpah ruah kepada diri ini. Akan tetapi
manusia seringkali fokus pada ketidakmampuannya, coba lah fokus pada hal yang
menjadi keunggulan diri kita, dan katakan pada diri kita bahwa “saya adalah
cipataan Allah yang Maha Memiliki segalanya”. Jadikan pengelolaan potensi diri
sebagai kekuatan untuk menemukan hal istimewa dalam diri kita.
c) Jauhi keraguan. Sikap
ragu bisa terbentuk karena beberapa hal antara lain, terlalu banyak
pertimbangan. Terlalu banyak pertimbangan ini akibat kita terlalu banyak
mendapat informasi yang tidak semestinya datang kepada diri kita. Sebutlah kita
akan belajar motor, jika kita diskusi tentang motor dengan orang yang pernah
kecekalaan motor atau ditilang polisi dan itu menjadi kekhawatiran tersendiri
untuk kita maka lebih baik jauhi orang semacam itu, cobalah berganti dengan berdiskusi
dengan pihak yang pernah sukses akan sesuatu dan jadikan itu inspirasi dan motivasi
untuk kita dalam mengambil langkah.
d) Belajar dari orang lain.
Pasti ada orang yang luar biasa dan memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam
berargumentasi. Belajar dari mereka, saya sangat yakin setiap orang yang saat
ini memegang gelar public speaker dulunya pernah mengalami masa dimana
ia tidak berani berbicara di depan umum dan berjuang keras untuk mendapatkan
kepercayaan diri. Belajar dari orang sukses akan memberikan sebuah inspirasi
tersendiri untuk kita.
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Adil Fathi. 2004. " Membangun Positif Thinking secara Islami
". Jakarta : Gema Insani
Abdurrahman, DR. A'isyah. 1962.
" Tafsir Bintusy-syathi' ". Bandung : Mizan
Mastuti, Indari. 2008. " 50
Kiat Percaya Diri ". Jakarta : Percetakan Hi-Fest
Mustofa
Al-Maraghi, Ahmad.1984." Tafsir al-Maraghi, jilid 2 ".
Semarang : CV.Toha Putra
Mustofa
Al-Maraghi, Ahmad.1988." Tafsir al-Maraghi, jilid 3 ".
Semarang : CV.Toha Putra
Mustofa
Al-Maraghi, Ahmad.1988." Tafsir al-Maraghi, jilid 13 ".
Semarang : CV.Toha Putra
Shihab,
M.Quraish. 2002." Tafsir al-Misbah jilid 6 ". Jakarta :
Lentera Hati
Shihab,
M.Quraish. 2002." Tafsir al-Misbah jilid 7 ". Jakarta :
Lentera Hati
Ubaedy, An.
2007. " Berfikir Positif ". Jakarta : Bee Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar